“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” [QS. al-Hujûrat [49]: 13]
Melalui pergaulan, manusia bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakatnya. Berinteraksi satu sama lain merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Adapun masalah paling mendasar dalam pergaulan adalah perbedaan. Perbedaan baik dalam cakupan luas maupun sempit. Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam al-Qur’an menegaskan bahwa; “Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.” [QS. al- Anfâl [8]: 46].
Ta’aruf [saling mengenal]. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyeru pada umat manusia untuk saling mengenal satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat, cermati, dan camkan dalam ayat pembuka tulisan ini.
Tafahum [saling memahami]. Hal ini merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan.
Ta’awun [saling menolong]. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun [saling menolong]. Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa saling asah, asih, dan asuh pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam kebaikan. Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan bahwa tidak termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Selain tiga kunci utama itu, pada kesempatan ini, bersama-sama, mari kita simak bagaimana para sahabat Ra. dan para ulama mengamalkan adab dan sunnah dalam pergaulan mereka sehari-hari.
1. Para sahabat Ra. senantiasa berlomba dalam memberi salam. Dan dalam HR. ad-Dainuri & Tirmidzi dijelaskan, “Apabila seorang datang langsung berbicara sebelum memberi salam maka janganlah dijawab.”
2. Para sahabat Ra. senang bersilaturahmi. “Lakukanlah ziarah/silaturahmi dengan jarang-jarang agar lebih menambah kemesraan” [HR. Ibnu Hibban].
3. Para sahabat Ra. tatkala berjumpa mereka selalu berucap salam dan bersalaman. “Apabila kamu saling berjumpa maka saling mengucap salam dan bersalam-salaman, dan bila berpisah maka berpisahlah dengan ucapan istighfar” [HR. ath-Thahawi].
4. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menganjurkan kita tetap menjawab salam yang berasal dari orang di luar agama kita. Hal ini seperti dalam riwayat ad-Dainuri saat sahabat Anas Ra. berkata, "Kami disuruh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam agar jawaban kami tidak lebih daripada wa'alaikum.” Berkaitan dengan hal di atas Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah [dengan yang serupa]. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" [QS. an-Nisaa' [4]: 86].
5. “Apabila dua orang Muslim saling berjumpa lalu berjabatan tangan dan mengucap "Alhamdulillah" dan ber-istighfar, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengampuni mereka” [HR. Abu Dawud].
6. “Senyummu ke wajah saudaramu adalah shadaqah” [Mashabih Assunnah].
7. “Apabila berkumpul tiga orang, janganlah yang dua orang berbisik-bisik [bicara rahasia] dan meninggalkan orang yang ketiga [karena hal tersebut akan menimbulkan kesedihan dan perasaan tidak enak baginya]” [HR. Bukhari].
8. “Apabila seorang bertamu lalu minta izin [mengetuk pintu atau memanggil-manggil] sampai tiga kali dan tidak ditemui [tidak dibukakan pintu] maka hendaklah ia pulang” [HR. Bukhari].
9. “Seorang tamu yang masuk ke rumah suatu kaum hendaklah duduk di tempat yang ditunjuk kaum itu sebab mereka lebih mengenal tempat-tempat aurat rumah mereka” [HR. ath-Thabrani].
10. “Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang shaleh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam, dan berdiam adalah lebih baik daripada berbicara [ngobrol] yang buruk” [HR.al-Hakim].
11. “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping” [HR. Ahmad].
12. “Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyukai kelestarian atas keakraban kawan lama, maka peliharalah kelangsungannya” [HR. ad-Dailami].
13. “Seorang Mukmin yang bergaul dan sabar terhadap gangguan orang, lebih besar pahalanya dari yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar dalam menghadapi gangguan mereka” [HR. Ahmad dan Tirmidzi].
14. “Amal perbuatan yang paling disukai Allah sesudah yang fardhu [wajib] ialah memasukkan kesenangan ke dalam hati seorang Muslim” [HR. ath-Thabrani].
15. “Barangsiapa mengintip-intip rumah suatu kaum tanpa izin mereka, maka sah bagi mereka untuk mencolok matanya” [HR.Muslim].
16. “Seorang Mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya dia segera memperbaikinya” [HR. Bukhari].
17. “Tiga perbuatan yangtermasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan [menasihati] satu sama lain, dan menyantuni saudara-saudaranya [yang memerlukan]” [HR. ad-Dailami].
18. “Jibril Alaihissalam yang aku cintai menyuruhku agar selalu bersikap lunak [toleran dan mengalah] terhadap orang lain” [HR. ar-Rabii'].
19. “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak men-zhalim-inya dan tidak mengecewakannya [membiarkannya menderita] dan tidak merusaknya [kehormatan dan nama baiknya] [HR. Muslim]”
20. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melarang mendatangi undangan orang-orang fasik [HR. ath-Thabrani].
21. Janganlah kamu duduk-duduk di tepian jalan. Para sahabat berkata,"Ya Rasulullah, kami memerlukan duduk-duduk dan ber-amar ma'ruf nahi mungkar" [Mutafaq'alaih]. untuk berbincang-bincang." Rasulullah kemudian berkata, "Kalau memang harus duduk-duduk maka berilah jalanan haknya." Mereka bertanya, "Apa haknya jalanan itu, ya Rasulullah?" Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, "Memalingkan pandangan [bila wanita lewat], menghindari gangguan, menjawab ucapan salam [dari orang yang lewat]
22. “Termasuk sunnah bila kamu menghantar pulang tamu sampai ke pintu rumahmu” [HR. al-Baihaqi].
23. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menerima pemberian hadiah dan mendoakan ganjaran atas pemberian hadiah tersebut [HR. Bukhari].
24. “Jangan menolak hadiah dan jangan memukul kaum Muslimin dan hendaknya kamu saling memberi hadiah. Sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian” [HR. Tirmidzi dan Ahmad].
25. “Seorang pemuda yang menghormati orang tua karena memandang usianya yang lanjut maka Allah mentakdirkan baginya pada usia lanjut orang akan menghormatinya” [HR. Tirmidzi].
Demikian sekiranya adab dan sunnah terkait dengan pergaulan baik sesama Muslim maupun ke non-Muslim yang disarikan dari berbagai riwayat. Masih banyak adab lainnya yang dapat kita pelajari.
Melalui pergaulan, manusia bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakatnya. Berinteraksi satu sama lain merupakan kebutuhan paling mendasar bagi manusia. Adapun masalah paling mendasar dalam pergaulan adalah perbedaan. Perbedaan baik dalam cakupan luas maupun sempit. Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam al-Qur’an menegaskan bahwa; “Janganlah kamu berselisih, karena kamu akan menjadi lemah dan hilang kewibawaan kamu.” [QS. al- Anfâl [8]: 46].
Ta’aruf [saling mengenal]. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyeru pada umat manusia untuk saling mengenal satu sama lain. Hal ini dapat kita lihat, cermati, dan camkan dalam ayat pembuka tulisan ini.
Tafahum [saling memahami]. Hal ini merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan.
Ta’awun [saling menolong]. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun [saling menolong]. Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa saling asah, asih, dan asuh pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam kebaikan. Rasullullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menegaskan bahwa tidak termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.
Selain tiga kunci utama itu, pada kesempatan ini, bersama-sama, mari kita simak bagaimana para sahabat Ra. dan para ulama mengamalkan adab dan sunnah dalam pergaulan mereka sehari-hari.
1. Para sahabat Ra. senantiasa berlomba dalam memberi salam. Dan dalam HR. ad-Dainuri & Tirmidzi dijelaskan, “Apabila seorang datang langsung berbicara sebelum memberi salam maka janganlah dijawab.”
2. Para sahabat Ra. senang bersilaturahmi. “Lakukanlah ziarah/silaturahmi dengan jarang-jarang agar lebih menambah kemesraan” [HR. Ibnu Hibban].
3. Para sahabat Ra. tatkala berjumpa mereka selalu berucap salam dan bersalaman. “Apabila kamu saling berjumpa maka saling mengucap salam dan bersalam-salaman, dan bila berpisah maka berpisahlah dengan ucapan istighfar” [HR. ath-Thahawi].
4. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menganjurkan kita tetap menjawab salam yang berasal dari orang di luar agama kita. Hal ini seperti dalam riwayat ad-Dainuri saat sahabat Anas Ra. berkata, "Kami disuruh Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam agar jawaban kami tidak lebih daripada wa'alaikum.” Berkaitan dengan hal di atas Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: “Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah [dengan yang serupa]. Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu" [QS. an-Nisaa' [4]: 86].
5. “Apabila dua orang Muslim saling berjumpa lalu berjabatan tangan dan mengucap "Alhamdulillah" dan ber-istighfar, maka Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengampuni mereka” [HR. Abu Dawud].
6. “Senyummu ke wajah saudaramu adalah shadaqah” [Mashabih Assunnah].
7. “Apabila berkumpul tiga orang, janganlah yang dua orang berbisik-bisik [bicara rahasia] dan meninggalkan orang yang ketiga [karena hal tersebut akan menimbulkan kesedihan dan perasaan tidak enak baginya]” [HR. Bukhari].
8. “Apabila seorang bertamu lalu minta izin [mengetuk pintu atau memanggil-manggil] sampai tiga kali dan tidak ditemui [tidak dibukakan pintu] maka hendaklah ia pulang” [HR. Bukhari].
9. “Seorang tamu yang masuk ke rumah suatu kaum hendaklah duduk di tempat yang ditunjuk kaum itu sebab mereka lebih mengenal tempat-tempat aurat rumah mereka” [HR. ath-Thabrani].
10. “Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang shaleh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam, dan berdiam adalah lebih baik daripada berbicara [ngobrol] yang buruk” [HR.al-Hakim].
11. “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping” [HR. Ahmad].
12. “Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyukai kelestarian atas keakraban kawan lama, maka peliharalah kelangsungannya” [HR. ad-Dailami].
13. “Seorang Mukmin yang bergaul dan sabar terhadap gangguan orang, lebih besar pahalanya dari yang tidak bergaul dengan manusia dan tidak sabar dalam menghadapi gangguan mereka” [HR. Ahmad dan Tirmidzi].
14. “Amal perbuatan yang paling disukai Allah sesudah yang fardhu [wajib] ialah memasukkan kesenangan ke dalam hati seorang Muslim” [HR. ath-Thabrani].
15. “Barangsiapa mengintip-intip rumah suatu kaum tanpa izin mereka, maka sah bagi mereka untuk mencolok matanya” [HR.Muslim].
16. “Seorang Mukmin adalah cermin bagi Mukmin lainnya. Apabila melihat aib padanya dia segera memperbaikinya” [HR. Bukhari].
17. “Tiga perbuatan yangtermasuk sangat baik, yaitu berzikir kepada Allah dalam segala situasi dan kondisi, saling menyadarkan [menasihati] satu sama lain, dan menyantuni saudara-saudaranya [yang memerlukan]” [HR. ad-Dailami].
18. “Jibril Alaihissalam yang aku cintai menyuruhku agar selalu bersikap lunak [toleran dan mengalah] terhadap orang lain” [HR. ar-Rabii'].
19. “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak men-zhalim-inya dan tidak mengecewakannya [membiarkannya menderita] dan tidak merusaknya [kehormatan dan nama baiknya] [HR. Muslim]”
20. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam melarang mendatangi undangan orang-orang fasik [HR. ath-Thabrani].
21. Janganlah kamu duduk-duduk di tepian jalan. Para sahabat berkata,"Ya Rasulullah, kami memerlukan duduk-duduk dan ber-amar ma'ruf nahi mungkar" [Mutafaq'alaih]. untuk berbincang-bincang." Rasulullah kemudian berkata, "Kalau memang harus duduk-duduk maka berilah jalanan haknya." Mereka bertanya, "Apa haknya jalanan itu, ya Rasulullah?" Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab, "Memalingkan pandangan [bila wanita lewat], menghindari gangguan, menjawab ucapan salam [dari orang yang lewat]
22. “Termasuk sunnah bila kamu menghantar pulang tamu sampai ke pintu rumahmu” [HR. al-Baihaqi].
23. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam menerima pemberian hadiah dan mendoakan ganjaran atas pemberian hadiah tersebut [HR. Bukhari].
24. “Jangan menolak hadiah dan jangan memukul kaum Muslimin dan hendaknya kamu saling memberi hadiah. Sesungguhnya pemberian hadiah itu dapat melenyapkan kedengkian” [HR. Tirmidzi dan Ahmad].
25. “Seorang pemuda yang menghormati orang tua karena memandang usianya yang lanjut maka Allah mentakdirkan baginya pada usia lanjut orang akan menghormatinya” [HR. Tirmidzi].
Demikian sekiranya adab dan sunnah terkait dengan pergaulan baik sesama Muslim maupun ke non-Muslim yang disarikan dari berbagai riwayat. Masih banyak adab lainnya yang dapat kita pelajari.
Allah menjelaskan bahwa Nabi-Nya, Muhammad, sebagai orang yang memiliki akhlak yang agung. Allah Ta’ala berfirman.
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Artinya : Sungguh, kamu mempunyai akhlak yang agung” [Al-Qalam : 4]
Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang ramah dan lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
“Artinya : Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu” [Ali Imran : 159]
Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang penyayang dan memiliki rasa belas-kasih terhadap orang-orang yang beriman. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman.
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Artinya : Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat menginginkan kamu (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min” [At-Taubah : 128]
Rasulullah memerintahkan dan menganjurkan kita agar senantiasa berlaku lemah lembut. Beliau bersabda.
“Artinya : Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari Abu Musa dengan lafaz.
“Artinya : Berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kalian persulit”.
Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no.220 meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya pada kisah tentang seorang Arab Badui yang kencing di masjid.
“Artinya : Biarkanlah dia! Tuangkanlah saja setimba/ seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah hadits no.6927 bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda.
“Artinya : Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 2593 dengan lafaz.
“Artinya : Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Maha lembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”
Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda.
“Artinya : Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”
Muslim juga meriwayatkan hadits no. 2592 dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda.
“Artinya : Siapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan”.
Allah pernah memerintahkan dua orang nabiNya yang mulia yaitu Musa dan Harun untuk mendakwahi Fir’aun dengan lembut. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman.
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى. ٤٤. فَقُولَا لَهُ قَوْلاً لَّيِّناً لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Artinya : Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut” [Thaha : 43-44]
Allah juga menjelaskan bahwa para sahabat yang mulia senantiasa saling bekasih sayang. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman.
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاء عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاء بَيْنَهُمْ
“Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah. Orang-orang yang selalu bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” [Al-Fath : 29]
No comments:
Post a Comment