Wednesday, November 9, 2011

Kisah Penemuan Dari Para Tabib Muslim

Perkembangan ilmu pengetahuan terus melaju di masa Islam. Beragam temuan di berbagai bidang terungkap pula. Demikian pula yang terjadi di bidang kedokteran atau pengobatan. Pada masa Turki Ottoman, tabib Muslim menemukan sejumlah penyakit mental dan syaraf (neurologis).

Ada banyak naskah berserak mengenai penemuan jenis penyakit tersebut. Ada pula naskah yang hilang akibat penghancuran saat wilayah Islam diinvasi. Di sisi lain, terdapat naskah yang hancur karena ditelan masa. Namun, ada sejumlah naskah yang bisa terselamatkan.

Naskah yang mengungkap temuan-temuan itu dibuat antara abad ke-15 dan ke-18. Sejumlah penyakit mental dan syaraf yang dijelaskan dalam naskah itu, di antaranya ihtinak rahm (histeris) dan hafakan atau  yurek oynamasi (kegelisahan ).

Di samping itu, ada pula beberapa penyakit suciye muptela olanlar (kecanduan alkohol), afyonkesler ve berse muptel olanlar (kecanduan opium), dan kecanduan tembakau yang sekarang orang yang mengalaminya sering disebut sebagai perokok akut.

Dalam naskah medis itu, terungkap pula penyakit yang disebut teza'zu-i dimag (cedera kepala traumatis). Hal ini bisa terjadi jika seseorang jatuh dari tempat yang tinggi, mendapat pukulan keras di kepala, dan jika kepala dipukul dengan keras berkali-kali saat berkelahi. Penyakit mental yang disebutkan dalam naskah medis ini, termasuk dalam pembahasan penyakit kepala yang disebut dengan sersam. Secara etimologi  ser itu berarti kepala dan sam berarti bengkak. Gejala utama penyakit sersam adalah kebingungan pikiran.

Gejala lainnya, mereka yang menderita penyakit itu, selalu berbicara melantur dan tak jelas, merasakan demam, dan tubuh gemetar. Ada jenis  sersam lainnya yaitu feranitis. Penyakit ini merupakan pembengkakan pada selaput otak. Di dunia kedokteran modern disebut meningitis.

Tipe lain dari sersam adalah demevi verem (flegmoni) yang merupakan penyakit berupa peradangan pada otak. Penyakit itu, sering disebut ensefalitis. Beberapa gejalanya, antara lain, wajah dan mata pasien berubah menjadi merah, mata lebih menonjol, dan sakit kepala hebat.

Selain itu, pasien terus merasa terganggu, kejang-kejang, mudah mengantuk, dan muntah-muntah. Jenis terburuk dari  sersam adalah subari yang dalam bahasa Turki disebut ifratla olan sersam-i tiz. Gejala utama subari adalah divanelik (kegilaan) dan asuftelik (kegelisahan).

Gejala lainnya, penderita tak dapat tidur dengan baik, mengalami mimpi buruk, lalu terbangun dalam keadaan ketakutan yang luar biasa, matanya kadang berubah menjadi merah darah, kadang-kadang bagian putih dari matanya menjadi kuning, gerakan matanya lambat, dan melantur.

Pada awalnya penderita subari merasa sangat gelisah, tetapi rasa gelisah itu kemudian menurun hingga dia hampir tidak dapat membuka matanya, mengalami demam tinggi, lidah bengkak, mulut kering, denyut nadi semula cepat dan kuat tetapi kemudian menjadi lemah dan lambat.

Napas penderita penyakit ini, semula kuat tetapi kemudian melemah, merasa seperti sakit di leher sehingga tampak pembuluh darahnya sedang tegang. Jenis terakhir sersam adalah soguk sersam (sersam dingin). Ini merupakan jenis  sersam tanpa demam.

Dalam bahasa Arab-Turki, penyakit ini sering disebut  nisyan dan unutsaguluk yang berarti kelupaan. Gejala utama dari  sersam dingin adalah pelupa. Beberapa gejala khusus dari sersam dingin, antara lain, sakit kepala ringan tanpa disertai demam.

Selain itu, gejala lain yang menyerang penderita adalah perasaan mengantuk yang sangat kuat, mengalami lupa pada tingkat yang ekstrem, lambat dalam bergerak, denyut nadi perlahan-lahan dan ringan, sesak napas, sering menguap, dan memiliki air liur berlebihan.

Penderita penyakit ini, mengalami pula kebingungan dan tak mampu membedakan antara baik dan buruk. Penyakit ini seperti gejala penyakit demensia. Naskah medis tersebut, juga menjelaskan mengenai penyakit  humre dan demregu, yang masuk kategori penyakit yang menyerang otak.

Tak ada penjelasan yang lengkap dan perinci apakah humre dan demregu termasuk dalam jenis sersam atau tidak. Namun, dalam kamus disebutkan bahwa humre adalah erysipelas (api luka) yang dalam bahasa Turki disebut yilancik, alazlama.

Sedangkan demregu merupakan penyakit yang disebut dengan tarama sozlugu atau penyakit lumut. Penyakit tersebut memiliki tiga gejala yang berbeda di antaranya, sakit kepala, merasakan kepanasan, merasakan kedinginan pada kulit wajah, dan warna mata kekuning-kuningan.

Lalu, dari waktu ke waktu wajah penderita memanas dan matanya menjadi merah. Penderita akan merasa demam dan gemetar. Bahkan, demam dan gemetar itu Jauh lebih hebat daripada penderita penyakit flegmoni. Sebagian besar dari mereka akhirnya meninggal dalam kurun tiga hari.

Jika mereka mampu menghadapi masa kritis dan sanggup bertahan selama tiga hari, mereka memiliki banyak harapan hidup. Penyakit tersebut kemungkinan menyebabkan komplikasi ketika dibiarkan tanpa pengobatan yang baik, efektif, dan teratur.

Melatih Para Calon Tabib

Perkembangan di bidang medis, tak terjadi begitu saja. Demikian pula dengan sejumlah penyakit yang berhasil diidentifikasi dan ditemukan para tabib Muslim di masa Turki Ottoman. Ada konsep dan metode yang memang diterapkan untuk melakukan pelatihan bagi mereka yang bergelut di bidang medis.

Selain para tabib, yang sering pula disebut sebagai ahli penyakit dalam, ada pula spesialis lainnya misalnya di bidang bedah, orthopedist, herbalis, dan mereka yang memiliki spesialisasi lainnya yang terkait dengan layanan kesehatan publik. Mereka mendapatkan pelatihan dan pendidikan dengan cara yang berbeda-beda.

Dokter atau tabib, memiliki posisi tertinggi dalam kelas pelatihan. Mereka biasanya mendapatkan pengajaran di sebuah madrasah dan dar al-shifa atau rumah sakit. Di rumah sakit Ottoman, seperti di Rumah Sakit Seljuk Kayseri (1205-6), mereka mendapatkan pelatihan baik dalam bentuk teori maupun praktik.

Seseorang yang ingin menjadi tabib disebut  talib dan mereka yang menjadi siswa madrasah yang kelak menjadi tabib disebut  shaqirdi tabib. Mereka mempelajari sejumlah kasus klinis di rumah sakit dan belajar tentang teori pengobatan di madrasah, juga membaca manuksrip medis di perpustakaan.

Untuk memberikan pelatihan yang baik, Pemerintah Ottoman melakukan sejumlah langkah. Di antaranya adalah membangun sejumlah rumah sakit baru. Salah satu rumah sakit yang dibangun untuk keperluan itu adalah RS Bursa (1399), yang merupakan bagian dari kompleks Sultan Yildirim, di mana para siswa kedokteran mendapat pelatihan di sana.

Sejumlah kalangan menyebutnya sebagai dar al-tib atau sekolah kedokteran. Ada pula Rumah Sakit Fatih (1470) yang terletak di Istanbul. Mereka yang mengajar kedokteran disebut  darsiam dan para siswa kedokteran disebut dengan  tabib shaqirdi.

Sebuah sekolah kedokteran yang terpisah didirikan di Kompleks Suleymaniye (1556-7), di mana kedokteran menjadi sebuah disiplin ilmu yang independen. Para siswa kedokteran yang belajar di sekolah tersebut melakukan praktik kedokteran di rumah sakit yang ada di dekat sekolah tersebut.

Mereka tak hanya mendalami ilmu kedokteran tetapi juga mempelajari hukum Islam, filsafat, literatur, dan bahasa Arab. Bahkan, mereka juga mesti mampu menguasai beragam ilmu pengetahuan. Biasanya, selama pendidikan di madrasah mereka dibekali berbagai ilmu itu sebelum melakukan praktik di rumah sakit.(rpb) www.suaramedia.com

No comments:

Post a Comment