Di bulan rajab ini, terdapat peristiwa besar dalam kalender islam yaitu Isra dan Mi’raj. Suatu perjalanan nabi Muhammad di malam hari dari mesjid Haram di Mekkah ke mesjid Aqso di Palestina, serta naik menuju langit ketujuh sidrotul muntaha. Peristiwa ini dilukiskan dalam al-Qur’an QS al-Isra 1 dan An-Najm.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidilharam ke Al Masjidilaksa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Ada banyak hikmah yang bisa kita ambil dari peristiwa Isra & Mi’raj ini, salah satu diantaranya adalah sebagai berikut:
Satu, Iman yang Kuat akan Diiringi oleh Cobaan
Peristiwa Isra & Mi’raj terjadi sebagai penghibur bagi diri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, setelah ia mengalami kesedihan yang mendalam atas meninggalnya paman Abu Thalib dan istri tercinta Khadijah. Selain itu, pada waktu yang bersamaan beliau mengalami tekanan dakwah yang sangat berat dari orang kafir quraisy. Semua ini merupakan ujian dalam mendakwahkan islam dan ia tetap tegar menjalaninya.
Sebagai bukti kasih sayang Allah, Dia (Allah) akan menguji setiap hamba yang sedang meniti keimanan, untuk benar-benar membuktikan, mengukuhkan, dan meningkatkan keimanannya. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat cobaannya.
Saat kita dalam keadaan sholeh dan tertimpa masalah atau musibah, maka itu adalah indikasi sayangnya Allah kepada kita agar bisa meningkatkan keimanan. Namun sebaliknya, jika kondisi kita sedang dalam maksiat, maka musibah itu adalah hukuman.
Dua, Carilah Keberkahan dengan Meningkatkan Iman dan Taqwa
Alloh mengatakan dalam QS al-Isra I di atas, bahwa Mesjid Aqsa sebagai kiblat pertama umat Islam diberikan keberkahan. Pelajaran yang bisa kita ambil, agama Islam selalu mendekatkan pemeluknya kepada kebaikan dan keberkahan. Setiap aktivitas hidup sehari-hari misal makan, minum, berpakaian, ke kamar mandi, menikah, dan lain-lain selalu diorientasikan untuk mendapatkan keberkahan seperti tercermin dalam do’a yang kita bacakan. Maka berlomba-lombalah mencari keberkahan hidup.
Banyak cara untuk menggapai keberkahan itu misalnya menghadiri majlis ilmu untuk menambah wawasan islam, mempelajari al-Qur’an, memperbanyak berzikir, peduli lingkungan dan keluarga, kesholehan sosial dan lain sebagainya.
Tiga, Islam Dihidupkan Melalui Dakwah.
Saat peristiwa mi’raj, nabi muhammad dipertemukan dengan para nabi dan rasul pendahulu yang sama-sama mengajak manusia bertauhid kepada Allah. Pada dasarnya misi kenabian adalah dakwah, sebagaimana tertera dalam QS Yusuf 108, ” Katakanlah (Muhammad), Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada Allah dengan yakin, Maha suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik”. Maka janganlah setiap diri kita tidak memiliki peran dalam berdakwah yang dilandasi ilmu dan keyakinan.
Dakwah merupakan salah satu fondasi islam yang tidak hanya diwakilkan ke ulama. Setiap orang memiliki kewajiban yang sama untuk berdakwah sesuai dengan kapasitasnya agar memberikan pemahaman yang lurus kepada setiap orang di sekitarnya.
1. Dakwah Islam Bersifat Global
Perjalanan rosululloh saw melintasi mesjid Haram di Mekah dan mesjid Aqso di palestina mengindikasikan bahwa beliau sebagai pemimpin global (internasional), karena sejak jaman dahulu Baitul Maqdis (Palestina) merupakan pusat kekuasaan yahudi dan jajahan romawi (kristen). Di dunia ini pada dasarnya hanya terdapat tiga agama, yakni Islam, ahli kitab, dan agama syirik. Ahli kitab mayoritas berkumpul di eropa, agama syirik berkumpul di Jepang, China, dan India, sementara agama islam tersebar di mana-mana.
Dalam sejarahnya, Islam sebagai kekuatan global dipengaruhi oleh ketangguhan dan konsistensi dakwah para pengikutnya. Sejarah mencatat, pada abad ke-8 terjadi perang Tartar antara pasukan Barbar dengan umat Islam di Baghdad. Pasukan Barbar manyerbu Bagdad yang saat itu sebagai pusat peradaban dunia. Pasukannya membunuh ratusan ribu penduduk dan membakar buku-buku, sehingga sungai yang melintasi kota itu menjadi hitam karena darah dan abu buku.
Saat itu, para ulama berkumpul membahas langkah apa yang harus dilakukan sebagai balasan atas sikap barbar yang sangat kejam itu. Seorang ulama tampil dan mengusulkan untuk mendakwahinya dengan islam. Maka didakwahilah pasukan Barbar itu dan jadilah mereka sebagai muslim yang taat. Keturunanya menjadi khilafah Islam Turki Usmani yang kekuasannya sangat besar selama kurang lebih 6 abad. Peninggalannya pun masih bisa kita saksikan sampai saat ini baik di Turki maupun di Mesir.
2. Ditunjukkan Ayat-Ayat Kebesaran Ilahi
Seandainya bumi yang kita tinggali ini dibandingkan dengan alam semesta (planet dan galaksi), maka bumi ini hanyalah debu yang sangat sangat kecil, seperti halnya debu di padang pasir. Manusia tidaklah berarti apa-apa atau zero di hadapan Alloh sebagai sang pencipta alam semesta ini. Kita tidak boleh sombong dengan keberadaan diri kita. Hikmah dari Isra Mi’raj, sebelum menjadi pemimpin haruslah mengetahui kebesaran Alloh agar tidak sombong karenanya. Turunnya nabi dari langit agar menjadikannya lebih tunduk dan tawadlu kepada Alloh swt.
Kita akan menjadi besar bukan karena sombong, namun karena kerja keras atau beramal, nabi bersabda, “Fatimah, bekerja keraslah engkau, karena aku tidak bisa menyelamatkanmu di akhirat”. Kita akan besar kalau mencari dan bergantung kepada kebesaran Alloh swt.
3. Umat Islam adalah Umat yang Besar.
Sepanjang sejarahnya, umat islam relatif bisa menyelesaikan problem besar dalam dirinya sendiri. Kasus perang Tartar di atas menjadi salah satu contoh penyelesaian masalah yang dihadapi umat islam saat itu. Sejarah lain mencatat bahwa asal muasal kekuasaan Islam di India, diawali oleh dakwah seorang ulama kepada anak raja India saat itu. Anak salah satu raja (Syah Jehan) tersentuh hatinya dengan islam dan ketika ia naik tahta jadilah islam berjaya. Syah Jehan membangun Taj Mahal yang dipenuhi bebatuan yang sangat mahal harganya. Dia sempat berkata, “Dahulu saat Fir’aun berkuasa di mesir mahkotanya dari kayu, namun dia ingkar kepada Alloh. Namun, walaupun mahkota saya dari bebetuan yang sangat mahal, saya akan tetap sujud kepada Alloh”.
Islam merupakan kekuatan yang sangat luar biasa, salah satunya bisa dilihat dari pertumbuhan penduduk pemeluknya jika dibandingkan dengan angka pertumbuhan penduduk masyarakat Eropa, Jepang dan bahkan Yahudi. Sehingga akan sulit menghilangkan umat Islam di muka bumi ini. Di samping itu di dalam islam pemeluknya tidak diperbolehkan merokok dan minum alkohol, yang sebenarnya akan merusak kesehatan.
4. Kebesaran Islam Karena Dakwah, Bukan Kekerasan
Tidak ada satu ayatpun dalam al-Qur’an yang membolehkan kekerasan atas nama pribadi, yang ada atas nama negara. Peperangan yang boleh terjadi dalam islam harus atas nama negara. Dakwah islam tak perlu dengan kekerasan, karena ajaran islam sudah luhur dan besar. Sebagaimana rosul sukses dalam menyebarkan islam karena kebesaran dalam berdakwah dan membangun karakter umat.
Saat ini yang terjadi adalah munculnya sikap ektrimisme dari sebagian umat islam. Nabi berkata, “Ada jalan yang lurus, namun di sampingnya ada jalan yang tidak lurus”. Berjalan di jalan lurus sangatlah susah, biasanya kita mau mengambil jalan pintas dan tergoda dengan bujukan syetan.
Dalam sejarah beragama terjadi dua kutub ektrimisme, yaitu ekstimisme Yahudi dan ekstrimisme Nasrani. Kutub Yahudi berlandaskan dominasi logika dan akal (liberal), dan mereka tidak percaya atas teks dalam kitab suci. Sementara kutub Nasrani sebaliknya, mereka terlalu percaya pada teks yang sangat kaku. Dalam menyikapi teori bumi bulat di abad pertengahan eropa, orang-orang nasrani di bantai karena kekakuan pemahamannya.
Kita harus menghindari ekstrimisme, yang diambil adalah jalan pertengahan. Secara konkritnya, kalau urusan ibadah dan aqidah harus disikapi dengan mutlak, namun dalam bermuamalah masih bisa dikembangkan lagi misalnya dalam hal iptek, ekonomi syariah, pendidikan, dan lain sebagainya.
(Pengajian Minggu, 18 Juli 2009, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Narasumber: Ust. Mirdas Ekayora Lc.)
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah
No comments:
Post a Comment