Ada satu hadits Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang cukup masyhur dan sering kita mendengarnya, berisikan wasiat beliau Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kepada umatnya, yakni sebagai berikut dibawah ini:
” اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Susullah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskan kejelekan tersebut, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad 5/135, 158, 177, At-Tirmidzi no. 1987, dan selain keduanya. Dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 97 dan di kitab lainnya) “
“Bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada. Susullah kejelekan dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapuskan kejelekan tersebut, dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad 5/135, 158, 177, At-Tirmidzi no. 1987, dan selain keduanya. Dihasankan Al-Imam Al-Albani t dalam Shahihul Jami’ no. 97 dan di kitab lainnya) “
Penjelasan singkat dari hadist ini adalah sebagai berikut:
Wasiat pertama. Bertaqwalah Kepada Allah Di mana Saja Kamu Berada
Istilah taqwa sering kita dengar, bahkan sudah hapal artinya. Yakni, melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Sebagian ulama mengartikan Taqwa sebagai sikap Wara’ (hati-hati), sebagaimana tercermin dalam kisah Abdullah ibnu Mubarak, seorang penjaga kebun anggur.
Suatu ketika, saat buah anggur telah membesar, sang majikan meminta Abdullah Ibnu Mubarak memetikkan anggur masak untuknya. Lantas Abdullah memetik anggur dan memberikannya kepada majikan tersebut. Setelah dicicip, ternyata buah anggur tersebut rasanya asam. Karena asam, sang majikan menyuruh kembali untuk memetik anggur lain. Abdullah pun kembali ke kebun, memetik dan memberikan anggur yang lain. Ternyata, anggur ini pun rasanya asam. Sampai tiga kali majikan menyuruh memetik anggur dan selalu yang diberikan Abdullah rasanya asam.
Sang majikan marah, dan berkata, “Kenapa engkau tidak bisa membedakan mana anggur yang manis dan mana yang asam?”. Abdullah menjawab, “Saya tidak bisa membedakan rasa, karena saya hanya disuruh menjaga dan memelihara kebun anggur, tidak pernah saya disuruh mencicipi apalagi merasakan anggur”. Inilah sikap wara’ atau hati-hati yang tercermin dari sikap Abdullah ibnu Mubarak, dan sebagian ulama mengartikan Taqwa sebagai sebagai sikap wara.
Kisah lain tentang taqwa dapat kita pahami dari dialog Umar bin Khattab ra dengan Ubay bin Ka’ab ra. Umar bin Khattab ra bertanya kepada Ubay bin Ka’ab ra : “ Tahukah kamu apa itu taqwa ? “ Ubay bin Ka’ab ra balik bertanya : “ Pernahkah kamu berjalan di suatu jalan yang penuh duri ? Lalu apa yang akan kamu lakukan ? “ Umar menjawab : “ Saya akan berhati-hati. Saya teliti dengan seksama dan saya lihat tempat berpijak. Saya majukan satu kaki dan saya mundurkan kaki lainnya khawatir terkena duri “. Ubay berkata : “ Itulah taqwa “.
Sikap taqwa yang diwasiatkan rosul dalam hadits di atas, haruslah berlaku kapan saja dan dimana saja kita berada. Taqwa harus tercermin saat berada di mesjid, rumah, tempat bekerja, sekolah, dan lain sebagainya. Jangan hanya bertaqwa di saat sulit, namun lupa saat dikasih kelebihan rizki. Taqwa haruslah dibangun di mana saja, sampai saat beribadah sekalipun. Misalnya saat melaksanakan sholat, puasa, haji, zakat, dll, taqwa berarti memperhatikan syarat dan rukun dari ibadah tersebut.
Wasiat kedua. Perbanyaklah taubat dan amal sholeh
Wasiat nabi kedua dalam hadits ini adalah perbanyaklah taubat dan amal sholeh sebagai cara untuk menghapus dosa yang telah diperbuat. Setiap manusia pasti tidak luput dari dosa, dan setiap dosa akan terhapus jika pelakunya melakukan taubat dan amal sholeh.
Ucapan istighfar (taubat) akan menghapuskan dosa-dosa sebelumnya, begitu pula antara sholat satu ke sholat lainnya, antara sholat jum’at ke jum’at lainya, antara puasa Romadhan yang satu ke yang berikutnya, antara umrah dan umrah, akan menghapus dosa di antaranya. Untuk itu, perbanyaklah taubat dan amal sholeh lainnya, karena ia akan menghapus dosa.
Wasiat ketiga. Bergaullah orang lain dengan akhlak yang baik
Jika wasiat 1 dan 2, terkait hubungan antara manusia dengan Alloh, maka wasiat yang ke 3 terkait hubungan antara manusia dengan manusia (misalnya istri, suami, anak, orang tua, tetangga, saudara, teman, dll). Belumlah dikatakan sempurna iman seseorang, kalaulah akhlaq (tutur kata dan sikap)-nya belum baik. Sesorang yang berakhlaq baik akan dicintai dan disenangi orang lain. Sebagaimana tersirat dalam do’a nabi Ibrahim as;
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.”
Demikianlah uraian singkat dari salah satu hadits nabi yang berisikan wasiat beliau tentang taqwa, taubat dan akhlaq baik.
“Sumber: Pengajian Sabtu Shubuh, 18 Desember 2010, Mesjid Darussalam Kota Wisata, Cibubur”
Dikutip dan Ringkas Judul oleh situs Dakwah Syariah
No comments:
Post a Comment