Friday, June 3, 2011

Meninggal Ketika Sujud di Masjid

Meninggal dunia saat sujud di Masjid Nabawi. Insya'allah Khusnul Khotimah Dalam Ridha Allah

Seperti biasa, usai shalat maghrib beberapa pemuda berkumpul di dalam mesjid. Mereka membicarakan tentang nikmat-nikmat Allah Subhanahu Wa Ta'ala., tentang tujuan hidup, tentang bekal mati dan tentang perjuangan untuk tegaknya agama Allah Subhanahu Wa Ta'ala. di muka bumi ini. Bagi mereka rutinitas ini adalah seperti makanan yang dibutuhkan seorang musafir ketika melintasi padang sahara yang luas. Atau ibarat obat bagi orang yang sedang sakit atau ibarat suplemen tambahan untuk menjaga stamina tubuh.

Mereka terlihat masih muda dengan semangat membara yang masih mengisi ruang jiwa mereka. Namun wajah mereka mengesankan bahwa mereka sedang memikirkan suatu perkara yang berat, ya…, mereka sedang memikirkan bagaimana hidayah Islam ini sampai ke seantero dunia, sehingga tidak ada satupun manusia yang meninggalkan dunia ini kecuali ia dalam keadaan beriman.

Mereka adalah pemuda yang tangguh, sabar dan kuat keyakinan pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.. Akhlak mereka patut dipuji, kata-kata mereka selalu menyentuh hati dan sikap mereka mencontoh akhlaknya Nabi. Setelah lebih kurang seperempat jam, mereka mulai menentukan beberapa orang untuk keluar berkunjung kerumah-rumah kaum muslimin. Salah seorang dari mereka berkata, “Di persimpangan jalan ke arah halte, ada seorang  pemuda yang suka mengganggu dan menertawakan kita setiap kali kita lewat ditempat itu. Ini sudah terjadi 2 kali. Setiap kali lewat, kita tidak menghiraukan sikap dan kata-katanya. Bagaimana kalau kesempatan kali ini, kita coba dekati ia, kita bicara padanya dengan baik-baik, lembut dan sopan dan sedapat mungkin kita ajak ia ke Mesjid”. “Usulan yang bagus,” salah seorang dari mereka menanggapi. ”Kita mohon pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. agar membuka hati pemuda tersebut untuk mau mendengarkan kata-kata kita,” ia melanjutkan. “Baiklah, sebelum keluar mari kita berdo`a pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. dengan penuh tadharru` dan berharap, moga Allah Subhanahu Wa Ta'ala. menjadikan setiap langkah kita kebaikan dan sebab diberinya orang lain hidayah,” semuanyapun mengamini.

Mereka keluar dari mesjid dan lidah mereka tak henti menyebut asma Allah Subhanahu Wa Ta'ala.. Hati mereka penuh dengan harapan agar Allah Subhanahu Wa Ta'ala. membukakan hati pemuda tersebut untuk mau mendengarkan kata-kata mereka kali ini. Dan seperti biasa, pemuda jalanan itu lagi nongkrong ditempat tersebut.

Sebelum salah seorang dari mereka yang keluar mulai menegur, pemuda jalanan itu sudah mulai menertawakan dan mencemooh. Ia berani karena bersamanya pemuda-pemuda yang lain. Salah seorang dari mereka yang keluar dari mesjid, mulai mendekati si pemuda, ia duduk disampingnya dan yang lain sibuk dengan do`a didalam hati dan lidah mereka tak hentinya melantunkan zikir pada Allah Subhanahu Wa Ta'ala., beristighfar dan bershalawat pada Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam.

Akhirnya si pemuda bersedia diajak ke mesjid walau pada awalnya ia agak keberatan. Tapi karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala. jualah dan juga kepiawaian berbicara salah seorang dari mereka yang keluar dari mesjid, hati pemuda itupun tersentuh juga.

Dalam perjalanan ke mesjid si pemuda meminta ma`af atas sikapnya selama ini. Ia menyesal dengan tindakannya yang tidak baik tersebut. Sesampai di mesjid, si pemuda disuruh untuk berwudhuk dahulu, tapi ia masih berdiri dan tidak beranjak menuju ke tempat wudhuk. Ia berkata, “Saya sudah lupa cara berwudhuk, tolong ajarkan saya caranya.” Kemudian salah seorang dari mereka mengajarkan pemuda tadi berwudhuk. Usai berwudhuk ia disuruh shalat, tapi ia kembali berkata, “Ma`af saya sudah lama tidak shalat, sehingga saya sekarang tidak tahu bagaimana gerakannya dan apa saja bacaannya.”

Kemudian salah seorang dari mereka memimpin shalat untuk mengajarkan tata cara dan bacaan shalat. Pada saat sujud terakhir, si pemuda belum bangun dari sujudnya, dugaan yang mengajarkan shalat bahwa ia sedang berdo`a panjang menyesali perbuatan dan dosanya selama ini. Setelah mengucapkan salam, si pemuda belum juga bangun, dan ketika digerak-gerikkan badannya, ternyata ia telah meninggal dunia.

* * *
Apa ibrah yang bisa kita ambil dari kisah diatas? Betapa kematian datang dengan tiba-tiba. Tanpa ada satupun yang bisa menduga dan mengetahuinya. Dan betapa dakwah itu dapat menyelamatkan seseorang dari api neraka. Dan kalaulah pemuda–pemuda soleh tadi tidak mendatangi si pemuda jalanan dan pemuda jalanan itu dalam ketentuan taqdirnya meninggal pada saat itu, tentu meninggalnya dalam keadaan yang tidak diridhai Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Namun, Allah telah menjadikan mereka sebab si pemuda jalanan meninggal dalam keadaan sedang bersujud. Silahkan Anda memikirkan ibrah dari kisah diatas…!
Semoga bermanfaat.

 Kesudahan yang Baik (Khusnul Khatimah)

salah satu contoh meninggal dalam keadaan khusnul khotimah dimasjid Nabawi , yakni meninggal saat sujud waktu shalat, kejadiannya di Saudi Arabia. mudah-mudahan ketika ajal menjemput, kita sedang berbuat baik.
syukur-syukur sedang ibadah seperti orang ini. amiiinnn...

Manusia lahir disambut dengan azan, mati manusia diiringi dengan solat...Antara azan dan solat, alangkah singkatnya hidup ini!

Subhanallah, Hal apa yang lebih baik dan dirindukan dari pada meninggal dalam keadaan seperti ini..

Mudah2an Allah Subhanahu Wa Ta'ala memempatkan Saudara kita ini ditempatnya yang penuh
dengan kebahagiaan... amiin


Setiap makhluk yang hidup pasti akan merasakan mati. Bersedia atau tidak, tua atau muda, sakit atau sehat, mati pasti menemui kita. Maknanya, jangan sangka jika kita sehat dan tiada penyakit, namun bila Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengehendaki ...maka kita tidak bisa berbuat apa-apa......

"Setiap jiwa pasti akan menempuh kematian." (Ali Imran: 185)


Sebagai orang Islam marilah kita sama-sama berdoa agar kita meninggal dalam keadaan Husnul Khatimah yaitu kesudahan hidup yang baik dan bukan sebaliknya, Su'ul Khatimah.

ALLAH MAHA BERKUASA

MENINGGAL SEMASA SUJUD.

SEMOGA ROHNYA DITEMPATKAN

DI KALANGAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN.

AMIN!


Ciri-ciri Khusnul Khatimah itu
1. Mudah
mengucap kalimat-kalimat yang mengingat Allah Ta'ala seperti mengucap syahadat dan sebagainya ketika sakaratul maut.

2. Keluar peluh atau butiran-butiran keringat di dahi. Sebab tempat ini merupakan jalan akhir berpisahnya ruh dengan jasad.

3. Mati pada hari Jum'at.

4. Mati dalam perang membela agama Allah Ta'ala (Jihad).

5. Mati dalam keadaan baik di tempat-tempat yang baik.

6. Mati ketika sedang melakukan ibadah atau sedang beramal salih.

7. Bibir tersenyum dan bola mata terbuka mengikuti perginya ruh dari jasad kita. Maka dari itu, jika melihat hal seperti itu kita disunnahkan untuk segera menutup kelopak matanya.

Subhanallah Walhamdulillah Walalillaha Illalah Allahuakbar

Hai jiwa yang tenang.Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. masuklah ke dalam syurga-Ku. AlFajr:27-30

Siapakah sebenarnya orang yang mati dalam keadaan khusnul khatimah itu? Apa tanda-tandanya?

Alam kubur merupakan kepastian. Mau tidak mau setiap orang akan melaluinya. Dari alam kubur inilah setiap manusia akan tahu, kapan ia nanti singgah selamanya. Di surga dengan seluruh kenikmatannya ataukah di neraka dengan adzab-Nya yang keras.

Banyak orang yang menginginkan mati dalam keadaan khusnul khatimah.

Cukuplah akhir dari kehidupan dunia sekaligus awal dari alam kubur yang baik, jika seseorang dikarunia khusnul khatimah (meninggal dalam keadaan yang diridhai Allah). Karena jelas, huru-hara di alam kubur sangatlah dahsyat. Rasulullah sendiri sering berdo'a agar diselamatkan dari fitnah kubur.

Khusnul khatimah, maknanya adalah mengakhiri hidup dengan baik. Yaitu mengakhiri hidup dalam ketaatan dan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Secara logika agama Islam itu mudah sekali, yang penting itu adalah mengakhiri hidup dengan khusnul khatimah. Apakah sepanjang hidupnya yang lain tidak taat, tidak takwa tidak jadi soal. Karena itu memang banyak orang Islam berkata, . …”nanti kalau saya udah tua….saya akan taat”.

Almarhum Prof. Mr Kasman Singodimejo, pernah berkata : “Dalam Islam itu yang penting matinya khusnul khatimah. Hidupnya sebelumnya bejat, nggak jadi soal. Yang penting matinya khusnul khatimah. Tapi masalahnya, tahukah saudara, kapan saudara akan mati?

Kalau saudara tahu: ya boleh saja mengumbar kehidupan semaunya, begitu tiga tahun lagi akan meninggal dunia, langsung hidupnya taat sehingga mendapat khusnul khatimah. Tapi … masalahnya saudara kan tidak tahu kapan saudara mati!

Supaya saudara mati dalam keadaan khusnul khatimah. maka hendaklah hidup dalam taat dan takwa. Karena hanya dengan itu ada jaminan saudara akan mati dalam keadaan khusnul khatimah!”

Lebih lanjut Pak Kasman memberi contoh : “Seperti mahasiswa, yang paling beruntung itu tidak belajar, tapi lulus. Yang normal itu tidak belajar, ya tidak lulus. Yang normal itu belajar dan lulus. Yang malang itu, belajar tapi tidak lulus. Supaya lulus, yang normal ialah dengan belajar. Karena itu mahasiswa yang mau lulus tentulah harus belajar!”.

Nah,…. seperti teman saudara penanya, ternyata maut menjemputnya disaat dia masih jauh dari umur45 tahun. Apakah dia khusnul khatimah? Wallahu alam, karena hal itu adalah, tergantung kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Hanya dari sudut zahirnya, seperti saudara penanya katakan teman itu adalah seorang yang tidak taat dan tidak takwa.

Mengenai paman yang alim, insya Allah beliau mengetahui bahwa setiap orang yang beriman itu akan mendapat ujian. Para nabi dan para rasul saja mendapat berbagai ujian yang berat-berat, dan diantaranya berupa ujian penyakit berat yang menahun.

Bahwasanya orang takut kepada mati adalah wajar. Bahwasanya orang mengeluh ketika mendapat musibah juga adalah normal. Sepanjang ketakutan kepada mati dan keluhan terhadap musibah tidak sampai meninggalkan perintah dan larangan Allah Subhanahu Wa Ta'ala serta tidak berburuk sangka kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan takdir-Nya, insya Allah masih berada dalam koridor yang dibolehkan.

“Orang mukmin” itu kata Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah beruntung : “Mereka syukur ketika mendapat nikmat dan sabar ketika mendapat musibah” (HR Imam Muslim) Mudah-mudahan kita semua begitu. Amin.

Nah, jika untuk 100 tahun di dunia saja manusia mati-matian mencarinya apalagi untuk kehidupan yang kekal abadi? Adakah orang pandai memilih menukar kehidupan yang hanya 100 tahun dengan sesuatu hal yang abadi?

Inna Illahi Wa Innaillahi Raji'uun

Semoga kita semua mati dengan Kesudahan yang Baik (Khusnul Khatimah)." Amin

No comments:

Post a Comment