Sesuai namanya, Hulusi Behçet, ilmuwan kelahiran Istanbul, Turki, ini memang bersinar. Behçet merupakan nama keluarga, yang berarti bersinar atau cerdas. Nama ini tersemat pula di belakang nama ayahnya, Ahmed Behçet, seorang pengusaha ternama dan sarat keberhasilan.
Seperti ayahnya, Hulusi Behçet, juga mengulangi kegemilangan dan kesuksesan ayahnya. Namun, ia bergerak di bidang yang berbeda, yaitu kedokteran, khususnya dermatologi dan penyakit kelamin. Bahkan, ia menemukan jenis penyakit yang kemudian dikenal, Behçet Disease.
Behçet Disease, merupakan penyakit peradangan menahun yang sering kambuh. Penyakit ini, bisa menyebabkan rasa nyeri berulang pada luka di mulut, lepuhan di kulit, alat kelamin, sendi membengkak, dan luka pada mata.
Selain itu, pembuluh darah, sistem syaraf, dan saluran pencernaan bisa mengalami peradangan. Penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki. Biasanya timbul pada usia 20-an, tetapi kadang-kadang terjadi pada masa kanak-kanak.
Hingga saat ini, penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Namun, virus dan penyakit autoimun diduga berperan dalam terjadinya penyakit ini. Hampir semua penderita penyakit ini mengalami luka di mulut yang terasa nyeri dan berulang. Ini biasanya merupakan gejala awal.
Gejala lainnya, muncul beberapa hari bahkan beberapa tahun kemudian. Peradangan berulang dari bagian mata, menyebabkan nyeri pada mata, peka terhadap cahaya, dan penglihatan berkabut. Lepuhan pada kulit dan jerawat bernanah, timbul pada 80 persen penderita Behçet Disease.
Pengamatan pertamanya pada jenis penyakit itu, dimulai saat ia bertemu dengan pasiennya antara 1924-1925. Pria ini telah berkonsultasi selama beberapa tahun mengenai penyakitnya, baik di Istanbul dan Wina, Austria. Konsultasi dilakukan beberapa kali.
Menurut diagnosis dari gejala penyakit tersebut, sejumlah dokter mencurigainya bahwa pria tersebut menderita penyakit kelamin, sifilis, dan TBC. Para dokter Austria menyebut penyakit yang diderita pria tersebut berasal dari protozoa yang tidak dikenal.
Dokter mata yang memeriksa pria tersebut menggambarkan bahwa pria tersebut mengalami gangguan mata yang mungkin disebabkan penyakit kelamin, tuberkulosis, atau infeksi stafilokokal. Setelah beberapa kali melakukan operasi iris mata, pria itu merasa putus asa.
Namun, Behçet terus berusaha menyembuhkan pria tersebut selama bertahun-tahun. Pada 1930, seorang wanita yang menderita iritasi di matanya, luka di mulutnya dan di daerah genitalnya dirujuk ke kliniknya.
Wanita tersebut juga mengalami gejala itu berulang-ulang selama beberapa tahun. Behçet berusaha mendiagnosis pasiennya dari tuberkulosis, atau mikosis dengan biopsi dan analisis laboratorium lain, tetapi dia tidak dapat menemukan apa-apa.
Menyusul kedua pasien sebelumnya, pada 1936 Behçet menemukan pasien laki-laki dari sebuah klinik gigi dengan mulut yang terluka, iritasi mata, demam pada malam hari, dan sakit perut. Setelah memeriksa pasien itu, ia tak menemukan apa pun kecuali kista gigi.
Behçet berpikir, mungkin gejala-gejala yang berulang terjadi karena virus. Namun, dia memutuskan untuk tetap berusaha menyembuhkan pasiennya tersebut. Melihat sejumlah gejala para pasiennya, ia menyimpulkan mereka menderita gejala penyakit baru.
Pada 1938, Dr Niyazi Gözcü melaporkan dua kasus baru dengan gejala yang sama dengan yang diderita pasien Behçet. Setelah itu, banyak kasus yang sama mulai terjadi di Belgia, Austria, Amerika Serikat, Jepang, denmark, Swiss, dan Israel.
Bahkan, para ahli mata telah menyebut kasus baru tersebut sebagai 'Behcet's syndrome'. Akhirnya, dokter-dokter di Eropa menerima kenyataan dengan munculnya penyakit baru itu.
Pada 1947 atas saran Prof Mischner dari Fakultas Kedokteran Zurich, saat berlangsung kongres kedokteran internasional di Jenewa, Swiss, penemuan Behçet itu dinamakan penyakit Morbus Behçet. Dalam literatur medis, penyakit ini disebut Behçet's Disease.
Masa sulit
Hulusi Behçet dilahirkan pada 20 Februari tahun 1889. Saat ia masih kecil, ibunya Ayse Behçet, meninggal dunia. Ia kemudian diasuh oleh neneknya. Saat kanak-kanak, menjadi masa yang sulit baginya hingga kemudian ia memiliki sifat tertutup.
Behçet mendapatkan pendidikan dasar di Damaskus, Suriah, yang dulu menjadi bagian dari Kekaisaran Turki Usmani, sebab ayahnya memiliki usaha di sana. Di sekolahnya, dia mempelajari bahasa Prancis, Jerman, dan Latin.
Dahaganya terhadap ilmu kedokteran, mendorong Behçet masuk ke sekolah kedokteran. Ia masuk ke Gülhane Military Medical Academy, Istanbul, Turki. Setelah menyelesaikan studinya, pada 1910, ia melanjutkan menimba ilmu kedokteran khusus.
Behçet mengambil spesialiasi dermatologi dan penyakit kelamin. Ia mendalami bidang tersebut selama empat tahun. Selama perang dunia I, yang berlangsung pada 1914 hingga 1918, ia bekerja di rumah sakit militer di Edirne, sebagai dokter spesialis dermatologi dan penyakit kelamin.
Selain itu, Behçet juga ditugaskan menjadi asisten kepala rumah sakit tersebut. Lalu, antara 1918-1919, dia pertama kalinya pergi ke Budapest, Hungaria, lalu ke Berlin, Jerman, untuk meningkatkan pengetahuannya tentang medis.
Tak lama berselang, Behçet kembali ke Turki dan bekerja sebagai dokter freelance. Pada 1923, ia diangkat menjadi dokter kepala di Rumah Sakit Penyakit Kelamin Hasköy di Golden Horn, Istanbul, lalu menikah dengan Refika Davaz, putri seorang diplomat terkenal.
Lalu, Behçet pindah ke Rumah Sakit Guraba yang sekarang bagian dari Sekolah Kedokteran Universitas Istanbul. Selain menjabat sebagai profesor di Jurusan Kedokteran Universitas Istanbul, dia juga bekerja di rumah sakit swasta.
Pada 1933, Universitas Istanbul direformasi supaya lebih modern. Selama periode reformasi, Behçet mendirikan jurusan dermatologi dan penyakit kelamin. Dia juga terus melakukan penelitian, menulis, dan diskusi ilmiah.
Selain itu, Behçet juga aktif menghadiri berbagai macam kongres di bidang kedokteran, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ia pun sangat piawai menorehkan pena, berbagai artikel hasil pemikirannya diterbitkan di dalam maupun luar negeri.
Seorang ahli patologi Jerman, Prof Philipp Schwartz, menyebut Behçet sebagai orang yang dikenal di mana-mana, namun tak di negaranya sendiri. ''Anda tak dapat menemukannya di Turki, sebab dia selalu ke luar negeri, mempresentasikan penemuannya,'' katanya.
Behçet juga diketahui telah lama tertarik melakukan penelitian terhadap penyakit kelamin, sifilis, sejak 1922. Ia telah pula menerbitkan banyak artikel tentang penyakit tersebut, baik cara mendiagnosisnya, perawatan, sifat turun-menurun, dan aspek sosialnya.
Di sisi lain, Behçet juga banyak mempelajari penyakit Leishmaniasis, sebuah penyakit yang disebabkan parasit protozoa yang termasuk dalam genus Leishmania dan ditularkan lewat gigitan sejenis lalat genus Lutzomyia dan Phlebotomus. Dia sangat peduli soal parasitosis.
Pada 1935, di sebuah kongres tentang dermatologi di Budapest, Behçet mendapatkan penghargaan atas studinya mengenai mikosis. Ia pun aktif memperbaiki penerbitan tentang obat-obatan Turki. Ia juga bertanggung jawab atas penerbitan jurnal penyakit kulit dan kelamin.
Jurnal tersebut bernama Turki Archives of Dermatology dan Syphilology. Empat tahun kemudian, Behçet terpilih sebagai anggota koresponden jurnal ilmiah Jerman, yaitu Dermatologische Wochenschrift' dan Medizinische Wochenschrift.
Pada tahun yang sama, dia juga dipromosikan menjadi profesor. Lalu, dia juga menjabat sebagai Kepala Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Penyakit Kelamin hingga 1947.
Berlembar Karya Behcet
Hulusi Behcet memahami betul bidang yang menjadi spesiali sasinya, yaitu dermatologi dan penyakit kelamin. Ia pun pia wai menuangkan berbagai pemikirannya di bidang tersebut dalam beragam karya tulis. Paling tidak, ia telah me nerbitkan 126 artikel di bidang kedokteran.
Artikel tersebut diterbitkan, baik di kancah nasional maupun internasional, antara 1921 hingga tahun 1940. Sebanyak 53 dari artikelnya tersebut telah muncul dalam jurnal ilmiah bergengsi di Eropa.
Selain banyak melakukan penelitian dan menulis, Behcet juga rajin melakukan penerjemahan berbagai macam artikel kedokteran dan ilmiah internasional ke dalam bahasa Turki. Ini mempermudah generasi baru Turki mendapat kan pengetahuan baru tentang kedokteran.
Selain menggeluti bidang ke dok teran, ia juga memiliki ketertarikan pada bidang seni dan sastra.
Sastra memberikan kehidupan dan war na lain kepada dunianya yang pe nuh dengan aktivitas kedokteran dan il miah. Pada 8 Maret 1948, Behcet meninggal akibat serangan jantung. Namun, namanya dikenang melalui nama sejumlah laboratorium dan lembaga pendidikan.
Kebesaran nama Behcet juga dikenang dalam berbagai kongres nasional atau internasional. Pada tahun 1980, atas prakarsa salah seorang mahasiswa yang pernah diajar oleh Behcet, Pemerintah Turki mengeluarkan perangko bergambar Behcet untuk mengenang jasanya.
Pada 1982, Behcet dianugerahi Medical Award of the Turkish Republic dari Eczacbas Foundation of Scientific Research.
Biografinya juga diterbitkan dalam Jour nal of Philatelic Society dan dalam Buletin Medis Angkatan Darat Amerika Serikat dan Eropa. Pada 1996, percetakan uang logam Turki merilis koin perak untuk mengenang jasa-jasa Behcet.(rpb) www.suaramedia.com
Seperti ayahnya, Hulusi Behçet, juga mengulangi kegemilangan dan kesuksesan ayahnya. Namun, ia bergerak di bidang yang berbeda, yaitu kedokteran, khususnya dermatologi dan penyakit kelamin. Bahkan, ia menemukan jenis penyakit yang kemudian dikenal, Behçet Disease.
Behçet Disease, merupakan penyakit peradangan menahun yang sering kambuh. Penyakit ini, bisa menyebabkan rasa nyeri berulang pada luka di mulut, lepuhan di kulit, alat kelamin, sendi membengkak, dan luka pada mata.
Selain itu, pembuluh darah, sistem syaraf, dan saluran pencernaan bisa mengalami peradangan. Penyakit ini lebih sering menyerang laki-laki. Biasanya timbul pada usia 20-an, tetapi kadang-kadang terjadi pada masa kanak-kanak.
Hingga saat ini, penyebabnya tidak diketahui secara pasti. Namun, virus dan penyakit autoimun diduga berperan dalam terjadinya penyakit ini. Hampir semua penderita penyakit ini mengalami luka di mulut yang terasa nyeri dan berulang. Ini biasanya merupakan gejala awal.
Gejala lainnya, muncul beberapa hari bahkan beberapa tahun kemudian. Peradangan berulang dari bagian mata, menyebabkan nyeri pada mata, peka terhadap cahaya, dan penglihatan berkabut. Lepuhan pada kulit dan jerawat bernanah, timbul pada 80 persen penderita Behçet Disease.
Pengamatan pertamanya pada jenis penyakit itu, dimulai saat ia bertemu dengan pasiennya antara 1924-1925. Pria ini telah berkonsultasi selama beberapa tahun mengenai penyakitnya, baik di Istanbul dan Wina, Austria. Konsultasi dilakukan beberapa kali.
Menurut diagnosis dari gejala penyakit tersebut, sejumlah dokter mencurigainya bahwa pria tersebut menderita penyakit kelamin, sifilis, dan TBC. Para dokter Austria menyebut penyakit yang diderita pria tersebut berasal dari protozoa yang tidak dikenal.
Dokter mata yang memeriksa pria tersebut menggambarkan bahwa pria tersebut mengalami gangguan mata yang mungkin disebabkan penyakit kelamin, tuberkulosis, atau infeksi stafilokokal. Setelah beberapa kali melakukan operasi iris mata, pria itu merasa putus asa.
Namun, Behçet terus berusaha menyembuhkan pria tersebut selama bertahun-tahun. Pada 1930, seorang wanita yang menderita iritasi di matanya, luka di mulutnya dan di daerah genitalnya dirujuk ke kliniknya.
Wanita tersebut juga mengalami gejala itu berulang-ulang selama beberapa tahun. Behçet berusaha mendiagnosis pasiennya dari tuberkulosis, atau mikosis dengan biopsi dan analisis laboratorium lain, tetapi dia tidak dapat menemukan apa-apa.
Menyusul kedua pasien sebelumnya, pada 1936 Behçet menemukan pasien laki-laki dari sebuah klinik gigi dengan mulut yang terluka, iritasi mata, demam pada malam hari, dan sakit perut. Setelah memeriksa pasien itu, ia tak menemukan apa pun kecuali kista gigi.
Behçet berpikir, mungkin gejala-gejala yang berulang terjadi karena virus. Namun, dia memutuskan untuk tetap berusaha menyembuhkan pasiennya tersebut. Melihat sejumlah gejala para pasiennya, ia menyimpulkan mereka menderita gejala penyakit baru.
Pada 1938, Dr Niyazi Gözcü melaporkan dua kasus baru dengan gejala yang sama dengan yang diderita pasien Behçet. Setelah itu, banyak kasus yang sama mulai terjadi di Belgia, Austria, Amerika Serikat, Jepang, denmark, Swiss, dan Israel.
Bahkan, para ahli mata telah menyebut kasus baru tersebut sebagai 'Behcet's syndrome'. Akhirnya, dokter-dokter di Eropa menerima kenyataan dengan munculnya penyakit baru itu.
Pada 1947 atas saran Prof Mischner dari Fakultas Kedokteran Zurich, saat berlangsung kongres kedokteran internasional di Jenewa, Swiss, penemuan Behçet itu dinamakan penyakit Morbus Behçet. Dalam literatur medis, penyakit ini disebut Behçet's Disease.
Masa sulit
Hulusi Behçet dilahirkan pada 20 Februari tahun 1889. Saat ia masih kecil, ibunya Ayse Behçet, meninggal dunia. Ia kemudian diasuh oleh neneknya. Saat kanak-kanak, menjadi masa yang sulit baginya hingga kemudian ia memiliki sifat tertutup.
Behçet mendapatkan pendidikan dasar di Damaskus, Suriah, yang dulu menjadi bagian dari Kekaisaran Turki Usmani, sebab ayahnya memiliki usaha di sana. Di sekolahnya, dia mempelajari bahasa Prancis, Jerman, dan Latin.
Dahaganya terhadap ilmu kedokteran, mendorong Behçet masuk ke sekolah kedokteran. Ia masuk ke Gülhane Military Medical Academy, Istanbul, Turki. Setelah menyelesaikan studinya, pada 1910, ia melanjutkan menimba ilmu kedokteran khusus.
Behçet mengambil spesialiasi dermatologi dan penyakit kelamin. Ia mendalami bidang tersebut selama empat tahun. Selama perang dunia I, yang berlangsung pada 1914 hingga 1918, ia bekerja di rumah sakit militer di Edirne, sebagai dokter spesialis dermatologi dan penyakit kelamin.
Selain itu, Behçet juga ditugaskan menjadi asisten kepala rumah sakit tersebut. Lalu, antara 1918-1919, dia pertama kalinya pergi ke Budapest, Hungaria, lalu ke Berlin, Jerman, untuk meningkatkan pengetahuannya tentang medis.
Tak lama berselang, Behçet kembali ke Turki dan bekerja sebagai dokter freelance. Pada 1923, ia diangkat menjadi dokter kepala di Rumah Sakit Penyakit Kelamin Hasköy di Golden Horn, Istanbul, lalu menikah dengan Refika Davaz, putri seorang diplomat terkenal.
Lalu, Behçet pindah ke Rumah Sakit Guraba yang sekarang bagian dari Sekolah Kedokteran Universitas Istanbul. Selain menjabat sebagai profesor di Jurusan Kedokteran Universitas Istanbul, dia juga bekerja di rumah sakit swasta.
Pada 1933, Universitas Istanbul direformasi supaya lebih modern. Selama periode reformasi, Behçet mendirikan jurusan dermatologi dan penyakit kelamin. Dia juga terus melakukan penelitian, menulis, dan diskusi ilmiah.
Selain itu, Behçet juga aktif menghadiri berbagai macam kongres di bidang kedokteran, baik di tingkat nasional maupun internasional. Ia pun sangat piawai menorehkan pena, berbagai artikel hasil pemikirannya diterbitkan di dalam maupun luar negeri.
Seorang ahli patologi Jerman, Prof Philipp Schwartz, menyebut Behçet sebagai orang yang dikenal di mana-mana, namun tak di negaranya sendiri. ''Anda tak dapat menemukannya di Turki, sebab dia selalu ke luar negeri, mempresentasikan penemuannya,'' katanya.
Behçet juga diketahui telah lama tertarik melakukan penelitian terhadap penyakit kelamin, sifilis, sejak 1922. Ia telah pula menerbitkan banyak artikel tentang penyakit tersebut, baik cara mendiagnosisnya, perawatan, sifat turun-menurun, dan aspek sosialnya.
Di sisi lain, Behçet juga banyak mempelajari penyakit Leishmaniasis, sebuah penyakit yang disebabkan parasit protozoa yang termasuk dalam genus Leishmania dan ditularkan lewat gigitan sejenis lalat genus Lutzomyia dan Phlebotomus. Dia sangat peduli soal parasitosis.
Pada 1935, di sebuah kongres tentang dermatologi di Budapest, Behçet mendapatkan penghargaan atas studinya mengenai mikosis. Ia pun aktif memperbaiki penerbitan tentang obat-obatan Turki. Ia juga bertanggung jawab atas penerbitan jurnal penyakit kulit dan kelamin.
Jurnal tersebut bernama Turki Archives of Dermatology dan Syphilology. Empat tahun kemudian, Behçet terpilih sebagai anggota koresponden jurnal ilmiah Jerman, yaitu Dermatologische Wochenschrift' dan Medizinische Wochenschrift.
Pada tahun yang sama, dia juga dipromosikan menjadi profesor. Lalu, dia juga menjabat sebagai Kepala Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Penyakit Kelamin hingga 1947.
Berlembar Karya Behcet
Hulusi Behcet memahami betul bidang yang menjadi spesiali sasinya, yaitu dermatologi dan penyakit kelamin. Ia pun pia wai menuangkan berbagai pemikirannya di bidang tersebut dalam beragam karya tulis. Paling tidak, ia telah me nerbitkan 126 artikel di bidang kedokteran.
Artikel tersebut diterbitkan, baik di kancah nasional maupun internasional, antara 1921 hingga tahun 1940. Sebanyak 53 dari artikelnya tersebut telah muncul dalam jurnal ilmiah bergengsi di Eropa.
Selain banyak melakukan penelitian dan menulis, Behcet juga rajin melakukan penerjemahan berbagai macam artikel kedokteran dan ilmiah internasional ke dalam bahasa Turki. Ini mempermudah generasi baru Turki mendapat kan pengetahuan baru tentang kedokteran.
Selain menggeluti bidang ke dok teran, ia juga memiliki ketertarikan pada bidang seni dan sastra.
Sastra memberikan kehidupan dan war na lain kepada dunianya yang pe nuh dengan aktivitas kedokteran dan il miah. Pada 8 Maret 1948, Behcet meninggal akibat serangan jantung. Namun, namanya dikenang melalui nama sejumlah laboratorium dan lembaga pendidikan.
Kebesaran nama Behcet juga dikenang dalam berbagai kongres nasional atau internasional. Pada tahun 1980, atas prakarsa salah seorang mahasiswa yang pernah diajar oleh Behcet, Pemerintah Turki mengeluarkan perangko bergambar Behcet untuk mengenang jasanya.
Pada 1982, Behcet dianugerahi Medical Award of the Turkish Republic dari Eczacbas Foundation of Scientific Research.
Biografinya juga diterbitkan dalam Jour nal of Philatelic Society dan dalam Buletin Medis Angkatan Darat Amerika Serikat dan Eropa. Pada 1996, percetakan uang logam Turki merilis koin perak untuk mengenang jasa-jasa Behcet.(rpb) www.suaramedia.com
No comments:
Post a Comment