Thursday, July 31, 2014

Manfaat Madu Lebah Untuk Kesehatan

Kemukjizatan Lebah dan Madu dalam Al quran 

Segala sesuatu yang diciptakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Pasti tidak ada yang sia-sia. Di antara ciptaan Sang Khalik yang istimewa adalah lebah. Serangga yang satu ini menempati posisi penting di banding serangga lainnya. Tak heran jika lebah dijadikan salah satu nama surat dalam al-Quran. Surat ke-16 dalam al-Quran adalah An-Nahl,  yang berarti lebah.  Secara khusus, surat Makiyyah tersebut di namakan An-Nahl atau lebah, karena pada ayat ke-68 terdapat Firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang berbunyi, (artinya) “Dan Tuhanmu mengilhamkan kepada lebah: Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat yang dibikin manusia.”

Lebah memang special. Ia merupakan makhluk Allah yang banyak memberi manfaat dan kenikmatan kepada manusia.

Persamaan Madu yang Dihasilkan Lebah dengan Al-Quranul Karim

“…Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.” (QS. An-Nahl: 69)

Madu berasal dari sari bunga dan menjadi obat berbagai macam penyakit  manusia. Sedangkan al-Quran mengandung inti sari dari kitab-kitab yang telah diturunkan kepada nabi-nabi terdahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa sepanjang masa untuk mencapai  kebahagiaan dunia dan akhirat.

Kemukjizatan madu sebagaimana disampaikan al-Quran telah terbukti secara ilmiah. Dalam tafsir al-Quran, sayyid Quthb mengungkapkan, madu sebagai obat penyembuh penyakit sudah dibuktikan secara ilmiah oleh para para pakar kedokteran. Inilah salah satu bukti kebenaran ayat al-Quran yang harus diyakini umat manusia.

Dalam tafsir Ibnu Katsir diterangkan, madu lebah itu warnanya bermacam-macam sesuai dengan makanannya. Ada yang berwarna putih, kuning, maupun merah. Selain itu, menurut Ibnu Katsir, madu cocok bagi setiap orang, misalnya untuk mengobati dingin, karena madu itu panas.

Di dunia Islam, penggunaan madu sebagai obat sudah diterapkan pada zaman nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Pada saat itu, madu digunakan untuk obat diare. Lem lebah yang berasal dari madu juga sangat berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit.

Kajian khasiat madu secara ilmiah juga telah diteliti oleh ilmuan Muslim terkemuka di era keemasan Islam, yakni Ibnu Sina (890-1037). Bapak kedokteran dunia dan ilmuwan muslim di abad ke-10 M itu tercatat sebagai dokter yang mengulas mengenai khasiat madu dari segi kesehatan dan dunia kedokteran.

Selama hidupnya Ibnu Sina banyak mengonsumsi madu sehingga awet muda dan berumur panjang. Madu, menurut Ibnu Sina, dapat menyembuhkan berbagai penyakit dari yang ringan sampai yang berat, seperti tekanan darah tinggi dan jantung. Madu juga dapat menurunkan suhu badan serta mengatur sekresi, sehingga dapat menghilangkan penyakit demam.

Ibnu Sina juga telah meneliti khasiat madu untuk perawatan kecantikan tubuh. Menurut Ibnu Sina, madu dan minyak zaitun mampu menjadi obat mujarab yang digunakan sebagai kosmetika yang memiliki beragam khasiat.

Madu dan minyak zaitun, papar Ibnu Sina, bisa mengencangkan kulit muka dan seluruh kulit badan. Kedua bahan alami yang mendapat perhatian khusus dalam Al-Quran itu mampu menghilangkan flek-flek hitam dan jamur kulit. Selain itu, madu dan minyak zaitun juga bisa menghaluskan kulit dan mengurangi kerutan pada wajah.

Yang tak kalah menariknya, Ibnu Sina pun telah menemukan fakta bahwa  minyak zaitun dan madu mampu menghilangkan bau badan yang tak sedap, serta bisa memberikan vitamin pada kulit dan melembabkannya. Selain untuk kosmetik, madu juga bisa digunakan untuk beragam kegunaan lainnya. Mulai dari makanan, obat-obatan sampai bahan untuk alat-alat kecantikan.

Sejatinya, manfaat madu telah dirasakan peradaban manusia sejak dahulu kala. Orang Mesir Kuno telah mengonsumsinya. Penduduk Kuno Mesir sudah terbiasa memanfaatkan madu sebagai makanan bergizi tinggi serta obat berbagai macam penyakit yang mujarab. Meski begitu, peradaban kuno belum mampu menjelaskannya secara ilmiah.

Adalah Ibnu Sina seorang dokter legendaris sepanjang masa yang telah berhasil membuktikan kebenaran khasiat madu tersebut. Dalam usia tua, Konon, Ibnu Sina masih tetap kelihatan sehat dan segar bugar layaknya seorang pemuda, karena terbiasa mengonsumsi madu.
Konon, Ibnu Sina,  Dalam usia tua, masih tetap kelihatan sehat dan segar bugar layaknya seorang pemuda, karena terbiasa mengonsumsi madu.

Hasil penelitian terakhir yang dikeluarkan dari Universitas Moskow, menyatakan madu ternyata juga mengandung logam alumunium, boron, krom, tembaga, timbal, titanium, seng, asam organic, asetilkolin, hormon, antibiotic, zat antiracun, serta zat antikanker.

Zat-zat ini sangat penting untuk memperlancar proses biokimia tubuh dan proses penyembuhan aneka penyakit. Sementara kandungan enzim dalam madu dilaporkan paling tinggi jika dibandingkan dengan makanan lainnya.

Penelitian ini juga menyebutkan, madu diyakini dapat menyembuhkan tukak lambung (maag), radang usus, serta kesulitan buang air besar (sembelit). Jadi memang sangat baik mengkonsumsi madu dalam keseharian kita.

Madu diyakini dapat menyembuhkan tukak lambung (maag), radang usus, serta kesulitan buang air besar (sembelit).

Sangat baik mengkonsumsi madu dalam keseharian kita.

Dalam al-Quran, madu pun menjadi bagian kenikmatan surga sebagai balasan bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. “Perumpamaan jannah yang djanjikan kepada orang-orang yang bertaqwa yang didalamnya terdapat sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, (Apakah) itu sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong susnya?” (QS. Muhammad : 150)

ref:islami

Hikmah, Tentang Kisah Qarun

Qarun adalah sepupu Nabi Musa AS. Ia dikenal sebagai seorang hartawan di Mesir. Dalam Alquran, nama Qarun disebut sebanyak empat kali. Satu kali dalam surat Almu’min dan Al-’Ankabut, dua kali dalam surat Alqashas. Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan anugerah nikmat kepada Qarun berupa limpahan harta kekayaan. Tetapi, Qarun mengingkari nikmat ini. Dia berkata, ”Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (QS Alqashas [28]: 78).

Oleh karena itu, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menimpakan bencana sebagai hukuman untuknya sekaligus sebagai pelajaran bagi yang lain. ”Maka, kami benamkan Qarun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka, tidak ada suatu golongan pun yang dapat menolongnya dari azab Allah.” (QS Alqashas [28]: 81).

Kisah Qarun ini mengajarkan kita tentang bahaya sifat kufur, cinta dunia, dan sombong. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, ”Dan sesungguhnya Musa telah datang kepada mereka (Qarun, Fir’aun, dan Haman) dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di muka bumi, maka tidaklah mereka luput dari kehancuran.” (QS Al-’Ankabut [29]: 39).

Kisah Qarun pun sekaligus mengajarkan kita arti penting sifat bersyukur. Allah Subhanahu Wa Ta'ala melalui syariat yang dibawa Muhammad SAW mengajarkan kita bagaimana cara menghindari karakter Qarun dengan berbagai cara. Di antaranya adalah dengan membelanjakan harta di jalan-Nya seperti sedekah, zakat, infak, dan wakaf.

Dalam Alquran, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjanjikan, ”Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan harta di jalan Allah adalah serupa sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa saja yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas lagi Maha penyayang.” (QS Albaqarah [02]: 261).

Islam memberikan rambu-rambu bagi manusia supaya tidak tersesat seperti Qarun. Karenanya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengingatkan bahwa hendaklah kita bersyukur atas limpahan nikmat kekayaan itu. Inilah yang tidak dilakukan Qarun sehingga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menimpakan bencana terhadapnya.

”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim [14]: 7). Bila sudah begitu, apakah masih bernilai harganya? Adakah kekayaan akan bisa menyelamatkannya? Wallahu a’lam bish-shawab.

ref:islami

Cara Menghilangkan Sikap Malas

Seandainya..." Kata ini begitu akrab dalam kehidupan sehari-hari. Disadari atau tidak, sebagian besar orang boleh jadi biasa mengucapkannya, "Seandainya aku melakukan begini, tentunya begini dan begini, tidak begini..."

Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sangat tak menyukai umatnya mengumbar kata-kata 'seandainya'. Bahkan, dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda, "Sesungguhnya, kalimat lau (seandainya) membawa kepada perbuatan setan."

Syekh Shaleh Ahmad asy-Syaami, menjelaskan, kata 'seandainya' tidak membawa manfaat sama sekali. Menurutnya, meskipun seseorang mengucapkan ungkapan itu, ia tidak akan mampu mengembalikan apa yang telah berlalu, dan menggagalkan kekeliruan yang telah terjadi. Dalam bukunya bertajuk Berakhlak dan Beradab Mulia, Syekh asy Syaami mewanti-wanti bahwa ungkapan 'seandainya' bisa berkonotasi sebagai angan-angan semu, dan sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

"Sikap seperti ini adalah sikap yang lemah dan malas," ujarnya. Bahkan, kata dia, Allah Subhanahu Wa Ta'ala pun membenci sikap lemah, tidak mampu, dan malas. Dalam hadis dinyatakan, "Allah Subhanahu Wa Ta'ala mencela sikap lemah, tidak bersungguh-sungguh, tetapi kamu harus memiliki sikap cerdas dan cekatan, namun jika kamu tetap terkalahkan oleh suatu perkara, maka kamu berucap 'cukuplah Allah menjadi penolongku, dan Allah sebaik-baik pelindung." (HR Abu Dawud).

Sikap tangkas dan cerdas yang di maksud, tutur dia, melakukan usaha dan tindakan-tindakan yang bisa membawa pada keberhasilan meraih sesuatu yang bermanfaat, baik di dunia maupun akhirat. Ini, sambung Syekh asy-Syaami, merupakan bentuk aplikasi terhadap hukum kausalitas yang telah Allah tetapkan.

Keutaman dari sikap tangkas dan cerdas yakni bisa menjadi pembuka amal kebaikan. Sebaliknya, sikap lemah dan malas, seperti telah di ingatkan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, hanya akan mendekatkan diri kepada setan. "Sebab, jika seseorang tidak mam pu atau malas melakukan se sua tu yang bermanfaat baginya dan ma syarakat sekitar, maka ia akan selalu menjadi seseorang yang kerap berangan-angan," paparnya.

Perbuatan dan sikap semacam itu, selain kontraproduktif serta tidak akan membawa pada keberhasilan, juga sama saja dengan membuka amal perbuatan setan karena pintu amal setan tidak lain adalah sikap malas dan lemah. Merekalah, tegas as-Syaami, adalah orang yang paling merugi.

Mengapa dikatakan orang yang paling merugi? Sebab, sifat malas dan lemah merupakan kunci segala bencana. Seperti, perbuatan maksiat sudah pasti terjadi karena lemahnya keimanan dan ketakwaan seseorang sehingga berani melanggar larangan agama.

Jadi, dia menambahkan, seorang hamba yang memiliki dua sifat tercela tadi, berarti ia tidak mampu melaksanakan amal perbuatan ketaatan serta tidak bisa melakukan hal-hal yang bisa membentengi dirinya dari godaan perbuatan jahat maupun maksiat.

Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Barri jilid XI menggarisbawahi, apabila penyakit hati itu telah menjangkiti manusia, maka ia akan mulai mendekati larangan Allah. Dia pun menjadi enggan untuk bertobat. Untuk itu, Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memberikan tuntunan doa bagi umatnya agar terhindar dari dua jenis sifat tercela tadi. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berdoa, "Ya Allah, hamba meminta perlindungan kepadaMu dari kecemasan dan kesedihan."

Cemas dan sedih, keduanya juga bersumber dari malas dan lemah. Karena, apa yang telah terjadi, tidak mungkin diubah atau dihapus hanya dengan kesedihan, namun yang perlu dilakukan adalah menerimanya dengan kerelaan, sabar dan iman.

Demikian pula sesuatu yang mungkin terjadi di waktu mendatang, juga tidak mungkin dapat diubah atau dihapus hanya dengan kecemasan atau kekhawatiran. Maka itu, seseorang harus selalu siap membekali diri dengan sikap-sikap yang baik untuk menghadapi segala kemungkinan.

Oleh karenanya, Islam sangat menjunjung tinggi optimisme, kerja keras, dan berusaha sekuat tenaga. Jiwa seorang Muslim sejati adalah yang meyakini bahwa rezeki Allah Subhanahu Wa Ta'ala sangatlah berlimpah, dan disediakan bagi siapapun yang mampu menggapainya dengan semangat dan etos kuat.

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (QS al Jumu'ah [62] : 10) Ada perbedaan antara harapan dan angan-angan. Harapan selalu dibarengi dengan usaha, sementara anganangan atau kemalasan hanyalah angan-angan kosong. Semoga kita dijauhkan dari sifat malas.

ref:islamic

Motivasi Islami, Cara Menjaga Motivasi

Menjaga Motivasi 

Sinonim motivasi dalam bahasa Inggris adalah; incentive, inspiration, drive, enthusiasm, impetus, stimulus, spur, impulse, dan driving force. Semuanya menjurus ke arah satu arti yaitu, penggerak atau pendorong.

Pengertian lain motivasi adalah “alasan”, alasan untuk bergerak, berbuat, bertindak, melakukan sesuatu. Secara istilah motivasi adalah sesuatu yang mendorong jiwa kita untuk bergerak.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa menjaga motivasi sama dengan menjaga pendorong atau alasan kita melakukan suatu pekerjaan. Semakin besar alasan atau pendorong yang kita miliki maka kita akan semakin kuat dan giat dalam melakukan sesuatu.

Para pakar motivasi menganjurkan untuk menuliskan tujuan kita. Menu-liskan tujuan akan sangat membantu dalam menjaga alasan melakukan sesuatu. Dengan menuliskan tujuan bi-asanya akan lebih tertanam dalam pi-kiran kita sehingga kita akan mengingat terus tujuan yang akan kita capai.

Tujuan harus sejelas mungkin, karena lebih jelas tujuan akan lebih terarah langkah kita. Misalnya, Daripada mempunyai tujuan ingin kaya, lebih baik bertujuan ingin mempunyai penghasilan 10 juta perbulan. Meskipun penghasilan 10 juta bisa saja belum termasuk kaya, itu tidak masalah. Setelah mencapai tujuan tersebut kita bisa membuat tujuan baru, misalnya menjadi 20 juta dan seterusnya.

Jangan takut dengan tujuan. Kita tidak rugi jika tujuan tidak tercapai 100%. Misalnya kita mempunyai tujuan ingin mempunyai penghasilan 10 juta, kemudian hanya berhasil 5 juta, akan lebih baik dari pada tidak punya tujuan sama sekali. Atau kita berhasil mencapai tujuan 200% dari tujuan 1 juta. Mana yang lebih baik?

Alasan kenapa motivasi harus dijaga karena motivasi bisa menguap, hilang entah kemana. Oleh karena itu diperlukan suntikan motivasi secara rutin.

Memasang foto keluarga di tempat kerja ialah salah satu usaha menyuntikan motivasi kepada kita. Dengan melihat foto keluarga kita akan ingat bahwa kita bekerja untuk orang-orang yang kita cintai.

Membaca tulisan-tulisan yang memotivasi. Bisa juga dengan bentuk audio yaitu dengan mendengarkan kaset-kaset motivasi.

Cara selanjutnya ialah bergaul dengan orang-orang yang terbukti mempunyai motivasi besar. Dengan bergaul dengan mereka, kita akan terimbas semangat mereka. Jangan sebaliknya, yaitu bergaul dengan orang-orang yang malah mematikan motivasi kita.

Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat perkerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah [9]:105)

Assaha/motivasiislami

Cara Memperkuat Ekonomi Syariah

Perkuat Ekonomi Syariah dengan Semangat Berjamaah
Ekonomi syariah kini mulai dikenal masyarakat seiring dengan beragam lembaga keuangan syariah. Untuk lebih mengembangkan ekonomi Islami tersebut diperlukan semangat berjamaah kuat agar membuat ekonomi syariah semakin kokoh di Indonesia.

Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah, Muliaman D Hadad, dalam Islamic Finance Award Nite di Balai Kartini, Jumat malam (6/8). Menurutnya dengan berbagai sumber daya yang dimiliki Indonesia dapat mewujudkan syariah incorporated. “Semangat berjemaah menurut saya sangat diperlukan dan di tahap awal pertumbuhan sekarang juga memerlukan koordinasi dan kerja sama lembaga keuangan syariah,” kata Muliaman.

Dengan dukungan pemerintah berupa sejumlah peraturan tentang lembaga keuangan syariah membuat landasan perkembangan ekonomi syariah menjadi kuat. Di sisi lain hadirnya lebih dari 100 perguruan tinggi yang membuka program ekonomi Islam menunjukkan dukungan besar terhadap ekonomi syariah.

“Mudah-mudahan ekonomi syariah bisa turut serta memakmurkan bangsa dan menjadi rahmatan lil alamin,” tandas Muliaman. Oleh karena itu, tambahnya, lembaga keuangan syariah yang menggambarkan semangat kekeluargaan harus terus dipupuk.

ref::islamic

Konsep Bisnis Dalam Al-Quran

Al-Qur’an memandang kehidupan manusia sebagai sebuah proses yang berkelanjutan. Dalam pandangan Al-Qur’an, lkehidupan manusia itu dimulai sejak kelahirannya namun tidak berhenti pada saat kematiannya. Hidup setelah mati, [1] adalah sebuah rukun iman yang sangat penting dan esensial. Dia berada dibawah satu tingkat setelah keimanan kepada Allah. Tanpa keimanan pada hal yang sangat vital ini semua struktur dan sistem keimanan Al-Qur’an akan rusak dan berantakan.

Manusia harus bekerja bukan hanya untuk meraih sukses di dunia ini namun juga untuk kesuksesan di akhirat. Semua kerja seseorang akan mengalami efek yang demikian besar pada diri seseorang, baik efek positif dan konstruktif maupun efek negatif dan destruktif. Dia harus bertanggung jawab dan harus memikul semua konsekuensi aksi dan transaksinya selama di dunia ini pada saatnya nanti di Akhirat yang kemudian dikenal dengan Yaumul Hisab [2] sebagaimana hari itu juga disebut sebagai Yaum al-Diin. [3]

Dengan demikian, konsep Al-Qur’an tentang bisnis yang sebenarnya, serta yang disebut beruntung dan rugi hendaknya dilihat dari seluruh perjalanan hidup manusia. Tak ada satu bisnis pun yang dianggap berhasil, jika dia membawa keuntungan, sebesar apapun keuntungan yang diperoleh dalam waktu tertentu, namun pada ujungnya mengalami kerugian yang melebihi keuntungan yang diperoleh. Sebuah bisnis akan dinilai menguntungkan apabila pendapatan yang diperoleh melebihi biaya atau ongkos produksi. Skala peritungan bisnis semacam ini akan ditentukan pula di hari Akhirat.

Dalam bahasan ini akan dianalisa ajaran-ajaran Al-Qur’an untuk menjernihkan perbedaan antara bisnis yang menguntungkan dan merugikan. Analisa ini juga akandisertai dengan deskripsi singkat dan seksama tentang pahala yang dijanjikan Al-Qur’an pada orang-orang yang berlaku baik dan siksa pada orang-orang yang berlaku jahat.

Untuk memberikan gambaran yang benar tentang bisnis yang baik dan yang jelek, Al-Qur’an telah memberikan petunjuk sebagaimana pada ayat-ayat berikut ini:

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah laksana sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa-siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:261).

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridlaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan deras, sehingga kebun itu menghasilkan buah dua kali lipat. Jika hujan deras tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (Al-Baqarah:265).

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitabullah dan menegakkan shalat serta menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam ataupun dengan terang-terangan, mereka ini melakukan perniagaan yang tidak akan merugi.” (Faathir:29). [4]

“Allah memusnahkan riba dan menuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran serta selalu berbuat dosa.” (Al-Baqarah:276).

“Dan riba yang kamu berikan agar dia menambah harta seseorang, maka sebenarnya riba itu tidak menambah apapun di sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mendapat keridlaan Allah, maka itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahala dan hartanya).” (Ar-Ruum:39).

“Dan orang-orang kafir berkata: Hari Kebangkitan itu tidak akan datang kepada kami. Katakanlah: Pasti datang. Demi Tuhanku yang mengetahui yang ghaib, sesungguhnya Kiamat itu pasti akan datang kepada kalian. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya benda sebesar atom (dzarah) pun di langit dan di bumi, bahkan yang lebih kecil dari itu apalagi yang lebih besar, melainkan semuanya tersebut dalam Lauhul Mahfudz.” (Saba’:3).

“Pada hari ketika mereka semua dibangkitkan Allah, lalu Allah memberikan mereka (catatan) apa saja yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (catatan) amal perbuatan mereka, padahal mereka sendiri telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (Al-Mujadilah:6).

“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik? Niscaya Allah akan menggandakan (pengembalian) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.” (Al-Hadiid:11).

“Sesungguhnya orang-orang yang bersedakah baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipatgandakan (pengembaliannya) kepada mereka; dan mereka mendapat pahala yang banyak.” (Al-Hadiid:18).

“Barangsiapa melakukan perbuatan yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnyal dan barangsiapa yang melakukan perbuatan yang jahat, maka dia tidak akan diberi pembalasan kecuali seimbang dengan kejahatannya, jadi mereka sedikitpun tidak dizhalimi.” (Al-An’am:160).

A. Bisnis yang Menguntungkan

Dalam Al-Qur’an, bisnis yang menguntungkan itu mengandung tiga elemen dasar:

    Investasi yang prospektif.
    Keputusan yang tepat dan logis.
    Perilaku yang terpuji.

1. Investasi yang prospektif

Menurut Al-Qur’an, tujuan dari semua aktifitas manusia hendaknya diniatkan untuk ibtigha-i mardhatillah (mencari keridhaan Allah), [5] karena hal ini merupakan pangkal dari seluruh kebaikan. [6] Dengan demikian maka investasi dan kekayaan milik seseorang itu dalam hal-hal yang benar tidak mungkin untuk dilewatkan penekanannya. Dalam ungkapan lain, investasi terbaik itu adalah jika ia ditujukan untuk menggapai ridha Allah.

Karena kekayaan Allah itu tanpa batas dan tidak akan habis, [7] maka merupakan pilihan terbaik untuk mencari dan memperoleh keuntungan yang Allah janjikan dengan mengambil kesempatan-kesempatan yang ada. Di dalam Al-Qur’an, rahmat (kasih sayang) Allah digambarkan sebagai sesuatu yang lebih baik dari segala kenikmatan yang ada di dunia. [8] Jika mardhatillah menempati prioritas paling puncak, tentu saja investasi untuk mencapai itu menjadi investasi terbaik dari segala jenis investasi. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, “Bagaimana dan apa yang diinvestasikan itu?”

Investasi itu seluruhnya sangat tergantung pada kondisi dan keikhlasan orang yang melakukan. Jika ia melakukannya dengan baik dan ikhlas, maka pahala dari investasi itu akan dilipatgandakan luarbiasa oleh Allah. Mungkin saja investasi itu berupa jiwa dan harta mereka, [9] ataupun hanya harta saja. [10] Harta kekayaan yang dipergunakan di jalan Allah (yakni dalam hal-hal yang baik) akan Allah berkati dan akan dilipatgandakan. Penggunaan belanja yang benar di jalan Allah inilah yang dinilai Al-Qur’an sebagai bisnis yang tak akan rugi. Bukan hanya itu, bisnis seperti ini secara positif juga akan membuahkan hasil yang berlimpah dan berlipatganda. [11]

Investasi yang prospektif juga bisa berupa meringankan, melonggarkan, dan tidak mengejar-ngejar para debitur (pengutang) yang benar-benar tidak mampu mengembalikan utang tersebut. Sikap dan perilaku kreditur (pemberi utang) yang demikian dinilai sebagai investasi yang menguntungkan. [12] Membelanjakan harta untuk zakat adalah salah satu jalan untuk menggapai ridha Allah. [13] Allah menjanjikan akan memberikan ganjaran yang berlipat-lipat. [14] Mempergunakan kekayaan dalam hal-hal yang baik juga dinilai sebagai pinjaman yang baik (qardh hasan) yang dibayarkan sejak awal pada Allah. [15] Allah juga menjanjikan bagi mereka yang melakukannya dengan pahala yang berlipatganda. [16] Pinjaman indah ini Allah janjikan akan dibayar minimal sepuluh kali lipat dari jumlah yang dipinjamkan. [17] Bahkan, sabar atas rasa sakit yang menimpa fisik, penderitaan mental akibat adanya teror dan pengusiran, atau tabah atas ancaman pembunuhan, atau terbunuh karena membela kebenaran; semua itu menurut Al-Qur’an dianggap sebagai investasi yang sangat menguntungkan. [18]

2. Keputusan yang tepat dan logis

Agar sebuah bisnis sukses dan menghasilkan untung, hendaknya bisnis tersebut didasarkan atas keputusan yang tepat, logis, bijak dan hati-hati. Menurut Al-Qur’an, bisnis yang menguntungkan bukan hanya yang dapat dinikmati di dunia, tetapi juga dapat dinikmati di akhirat dengan keuntungan yang jauh lebih besar. Karena kenikmatan dunia itu tidak ada apa-apanya apabila dibandingkan dengan kenikmatan akhirat. [19] Kebersihan jiwalah, bukan banyaknya harta, yang akan membuat manusia sukses di alam akhirat. [20] Itulah sebabnya mengapa Al-Qur’an selalu menasihati manusia agar selalu mencari dan mengarahkan apa yang di lakukan untuk mendapat pahala di akhirat, bahkan pada saat dia melakukan hal-hal yang bersifat duniawi sekalipun. [21]

Usaha untuk mencari keuntungan yang banyak dengan cara-cara bisnis yang curang hanya akan menghasilkan sesuatu yang sangat tidak baik dan menimbulkan kepailitan, yang mungkin saja terjadi di dunia ini. Dengan demikian, menurut Al-Qur’an, bisnis yang menguntungkan adalah, bukan hanya dengan melakukannya secara profesional dan benar, namun juga menghindari segala bentuk praktek-praktek curang, kotor dan koruptif. [22]

Preferensi pada apa yang disebut dengan halal dan thayyib (baik) dengan dihadapkan pada sesuatu yang haram dan khabits (buruk) adalah salah satu yang dianggap sangat baik untuk pengambilan keputusan yang logis dan bijak. Sesuatu yang baik tidak akan pernah bersatu dengan sesuatu yang buruk. Oleh karena itu, bisnis yang menguntungkan akan selalu diberikan pada hal yang thayyib, meskipun dalam kuantitasnya tidak lebih banyak dari yang khabits. [23] Al-Qur’an menekankan bahwa sebuah bisnis yang kecil namun lewat jalan halal, jauh lebih baik daripada bisnis besar yang didapatkan melalui cara-cara yang haram.

Dalam Al-Qur’an, transaksi terbaik adalah yang memberikan garansi terhindarnya seseorang dari neraka dan memberi jaminan masuk surga. Transaksi yang menguntungkan ini hanya bisa diwujudkan dengan cara beriman kepada Allah dan Rasul-Nya secara konsisten, dan berjuang di jalan Allah dengan harta maupun jiwanya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suartu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu apabila kamu mengetahuinya. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan memasukkanmu ke istana di dalam surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (Ash-Shaff: 10-12).

Disamping akan memperoleh ganjaran yang demikian banyak dari Allah di akhirat nanti, dalam transaksi ini Allah juga menjanjikan akan memberi “bonus cash” di dunia dalam bentuk dukungan Allah dan menjadikan mereka menang dalam menghadapi kompetitor-kompetitornya. [24]

3. Perilaku yang terpuji

Dalam Al-Qur’an, perilaku yang terpuji sangat dihargai dan dinilai sebagai investasi yang sangat menguntungkan, karena hal ini akan mendatangkan kedamaian di dunia juga keselamatan di akhirat. [25] Indikator perilaku seseorang itu telah dipaparkan dalam Al-Qur’an, dimana setiap orang beriman akan selalu meniru dan mengikuti jejak langkah Rasulullah dalam menjalani kehidupanya di dunia. [26]

Diantara perilaku terpuji yang direkomendasi Al-Qur’an agar memperoleh bisnis yang menguntungkan adalah dengan mencari karunia secara sungguh-sungguh, [27] serta mengharap ampunan-Nya. [28] Jalan untuk mendapat ampunan-Nya adalah dengan memberi maaf pada sesama manusia; [29] karena disamping akan mendapat ampunan, ia juga akan memperoleh ganjaran yang besar dari Allah. [30] Menepati janji dan kesepakatan juga merupakan indikator perilaku terpuji, [31] disamping membayar zakat dengan sempurna. [32]

Al-Qur’an memerintahkan orang-orang beriman untuk memegang amanah dengan baik dan menepati janji, [33] dan bersikap adil serta moderat terhadap sesama manusia. [34] Lebih dari itu, seorang muslim dalam aktivitas bisnisnya harus selalu ingat kepada Allah, menjaga ibadah ritualnya, tidak lalai atas kewajiban zakat dan infaqnya, menghentikan sejenak aktivitas bisnisnya ketika datang panggilan shalat, betapapun sibuk dan padat jadwal kegiatan hariannya. [35] Al-Qur’an menyatakan bahwa sesungguhnya harta kekayaan, disamping isteri dan anak-anak, itu adalah ujian bagi integritas kemanusiaannya. [36]

Referensi:

    Terma Al-Akhirah disebut sebanyak 104 kali di dalam Al-Qur’an. Contoh-contohnya bisa didapat dalam Al-Qur’an : 19: 66 - 68; 16: 38; 2:28; 22: 66; 30: 40; 45: 26; 29:57: 6 : 36; 7:57;30: 50. Lihat Mu’jam,vol.1, 29.
    Al-Qur’an: 38:16, 26, 53; 40:27. “Hari Kebangkitan (Kiamat) disebut juga Hari Perhitungan (Yaumul Hisab) karena pada saat itu adalah hari dimana manusia ditanyakan, saat mereka dihitung amal perbutannya”(Lihat, Mu’jam, op.cit., vol.1, 267.
    Al-Qur’an: 1:4; 15:35; 26:82; 37:20; 38:78; 51:12; 56:56; 70:26; 74:46; 82:15,17,18; 83:11. Pernyataan dibawah ini mempunyai arti penting tentang apa yang disebut dengan Hari Pembalasan (Yaum al-Diin) itu, “Dalam pengalaman hidup sehari-hari, kita tidak bisa memformat konsepsi tentang Pengadilan Akhir itu. Kita memang bisa membicarakan tentang ganjaran dan azab, tentang buah amal seseorang, tentang kebangkitan manusia dan pengadilan mereka, restorasi tentang nilai-nilai yang benar, dan eliminasi sema kesalahan-kesalahan, serta ratusan frase yang lain. Mereka mungkin akan mengantar otak kita secara samar-samar pada sebuah “dunia baru”, dimana mereka tidak mungkin mampu memformat konsepsi yang cukup memuaskan pada kondisi saat ini.” (lihat Yusuf Ali, op.cit.,1701, no.6009).
    Di sini kita lihat metafora bisnis. Kebaikan derma seseorang bukan semata karena berasal dari jumlah yang berlebihan, namun itu memang berasal dari karunia yang Allah telah sediakan padanya. Dari sini akan diketahui dua hal: (1) Bahwa kekayaan yang ada pada dirinya bukanlah hak absolut dia, namun itu adalah pemberian yang Allah berikan padanya. (2) Bahwasanya dia harus mengalokasikan sebagian dari harta yang dia miliki, dalam posisinya sebagai pelaku bisnis untuk diinvestasi sebagai kapital. Hanya perdagangan yang baik saja yang tidak akan pernah gagal ataupun mengalami fluktuasi. Sebab Allah memberikan garansi padanya sebuah balasan, bahkan Allah akan memberikan tambahan pada balasan itu yang merupakan kasih sayang dariNya. Allah akan memberikan lebih dari apa yang seharusnya kita pantas menerimanya. (Yusuf Ali, op.cit., 1161, no.3915).
    Kata ini diulang sebanyak tiga kali dalam Al-Qur’an. Yusuf Ali menafsirkan kata itu sesuai dengan konteks ayatnya, yaitu: (1) Untuk memperoleh keridhaan Allah (seeking pleasure of God) (2:207). (2) Berbuat agar Allah ridha (seeking to please God) (2:265). (3) Mencari kebaikan dari keridhaan Allah (seeking the good pleasure of God) (4:114).
    Al-Qur’an: 9:72. Sebagaimana salah satu potongan dari ayat ini adalah firman-Nya: “Dan keridhaan Allah itu adalah lebih besar.”
    Al-Qur’an: 16:95-96; 20:131.
    Al-Qur’an: 28:78-80; 43:23.
    Al-Qur’an: 2:207; 9:111; 57:10; 61:12; 73:20.
    Al-Qur’an: 2:261, 265, 268, 271-271,; 4:39; 9:121; 24:33; 30:38; 34:39; 57:7; 63:10l; 62:16; 70:24-25; 76:7-9; 90:11-17; 92:5-7, 17-21; 107:1-3,7.
    Al-Qur’an: 35:29-30. “Allah selalu siap untuk mengakui, mengapresiasi dan memberi balasan terhadap pengabdian sekecil apapun yang dilakukan manusia, tanpa melihat pada cacat yang ada pada pengabdian tersebut. Keramahan-Nya dalam penerimaan pengabdian manusia bisa dibandingkan dengan rasa “terima kasih” diantara manusia.” (Yusuf Ali, op.cit.,162, no.3917).
    Al-Qur’an: 2:280.
    Zakat merupakan salah satu pilar Islm yang lima. Kata zakat disebut sebanyak 29 kali di dalam al-Qur’an. Zakat berarti memberikan sebagian harta dalam porsi tertentu yang telah ditentukan.(Lihat Mu’jam, op.cit.m vol.1:539-540.
    Al-Qur’an: 30:39.
    Frase qardh hasan ini disebutkan dalam ayat-ayat berikut: 2:245; 5:13; 57:11,18; 64:17; 73:20. Memberi pinjaman yang baik pada Allah maknanya adalah memberikan derma yang hanya mengharapkan keridhaan Allah. (Lihat Mu’jam, op.cit., vol.2, 388-389.
    Al-Qur’an: 2:242l; 5:13; 57:11,18; 64:17; 73:20. “Mempergunakan harta kekayaan di jalan Allah secara metaforik disebut sebagai “pinjaman yang indah”. Cara ini memiliki keutamaan dari beberapa segi: (1) Dalam pinjaman yang biasa masih ada semacam kekhawatiran terhadap keamanan modal dan kembalinya pinjaman tersebut. Namun disini anda memberikan pinjaman itu kepada Tuhan semesta alam, yang di tangan-Nya kunci apa yang anda mau berada. Jika anda memberikan apa yang anda miliki di jalan Allah, maka anda akan mendapatkan penggandaan yang sangat banyak, sedangkan jika anda tahanharta tersebut, maka bisa saja harta itu lepas dari tangan anda. Jika kita ingat bahwa tujuan kita adalah Allah, apakah kita masih mampu untuk memaingkan diri dari-Nya? (Yusuf Ali, op.cit., 97, no.276; 245, no.710; 1560, no. 5500).
    Al-Qur’an: 6:160. “Allah itu Maha Baik dan Maha Pemurah. Satu kebaikan yang dilakukan manusia akan diblas sepuluh kali lipat, berkat Kemahamurahan-Nya. Sedangkan pada tindakan kejahatan, Allah tidak akan memberikan siksa lebih dari apa yang dilakukan hamba itu. Bahkan bagi setiap pelaku dosa selalu terbuka pintu tobat baginya sepanjang dia mau bertobat dan memperlihatkan perilaku yang baik.” (Yusuf Ali, op.cit., 338, no.986).
    Al-Qur’an: 3:195; 9:120-121; 29:69.
    Al-Qur’an: 8:67; 13:26; 17:19; 18:46; 20:131; 73:20. Makna yang ada di ayat-ayat tersebut adalah: “Kenikmatan yang ada di dunia ini adalah laksana perhiasan, alat kesenangan hidup, satu batu loncatan yang merupakan jalan untuk menuju sebuah kehidupan mendatang. Dunia secara dzati jauh sangat tidak penting dibanding kehidupan akhirat. Kehidupan di dunia mungkin saja mengagumkan, namun itu tidaklah berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Keduanya memang Allah yang menyediakan. Namun yang pertama, kehidupan dunia, bagi orang yangb bijak dan yang tidak bijak sebagai sarana ujian, dan bagaimanapun juga kehidupan dan kenikmatan dunia itu akan lenyap dan sirna. Sedang yang kedua, kehidupan akhirat, adalah diberikan secara istimewa olah Allah pada hamba-hamba-Nya yang takwa. Alam akhirat memiliki nilai yang tidak mungkin bisa dibandingkan dengan apa saja yang ada di dunia. Dan dia adalah alam yang abadi. (Yusuf Ali, op.cit.,611, no. 1841 dan 819, no. 2656).
    Al-Qur’an: 26:88-89; 35:18. “Di Hari Perhitungan kelak, tidak ada yang berguna kecuali hati yang bening dan bersih; semua bentuk perbuatan yang di dunia disebut dengan perbuatan baik, namun tidak didasarkan pada hati yang bersih, maka semua perbuatan itu menjadi sia-sia. Saat itulah Surga dan Neraka akan diperlihatkan dengan jelas pada manusia. Kejahatan-kejahatan juga akan ditampakkan dalam bentuknya yang jelas, terisolasi, tak ada advokasi, terkutuk, tercela, dan putus asa. Segala kesempatan, di saat itu telah tertutup dan sirna.” (Yusuf Ali, op.cit., 975, no.3180).
    Al-Qur’an: 42:20. “Perumpamaan ini adalah terhadap apa yang dilakukan oleh seorang petani yang membajak tanah serta menanaminya dengan bibit di musim tertentu, dan dia akan menuai hasil panennya. Seseorang akan menuai apa yang ia tanam. Namun Allah akan melipatgandakan hasil tanam yang bersifat penanaman spiritual. Bagi siapa yang hanya asyik dengan permainan dunia ini, maka ia mungkin akan memperoleh dunia itu, namun alam spiritual akan tertutup bagi dirinya.” (Yusuf Ali, op.cit., 1311, no.4555).
    Al-Qur’an: 7:85; 17:35.
    “Banyak manusia yang menilai sesuatu hanya dari aspek kuantitas dan mengabaikan kualitas. Mereka terpesona dengan angka-angka. Mereka terhipnotis dengan banyaknya jumlah. Namun orang berilmu dan memiliki pandangan yang tajam akan menilai sesuatu dengan cara bijak dan benar. Dia tahu bahwa yang baik dan yang jelek itu sama sekali berbeda dan tidak mungkin ada dalam satu ruang. Dia dengan hati-hati akan memilih yang baik, walau hal ini jarang dan langka. Dia akan menghindari yang buruk, walau mungkin akan menghadapi rintangan di setiap langkahnya.” (Yusuf Ali, op.cit., 274, no.806).
    Al-Qur’an: 61:13. “Semua perjuangan di jalan yang benar, pasti akan ditolong Allah. Bagaimanapun rintangan yang kita hadapi, kita akan selalu memperoleh kemenangan berkat pertolongan Allah. Hidup ini adalah rangkaian perjuangan, dan perjuangan terberat adalah perjuangan spiritual. Kemenangan hakiki yang akan diperoleh manusia adalah surga yang abadi.” (Yusuf Ali, op.cit., 1542, no.5445).
    Al-Qur’an: 16:97; 17:7; 41:46; 45:15; 103:3.
    Al-Qur’an: 33:21; 68:4.
    Al-Qur’an: 31:12; 93:11; 108:2.
    Al-Qur’an: 71: 10-12.
    Al-Qur’an: 24:22.
    Al-Qur’an: 45:14; 64:14.
    Al-Qur’an: 13:20.
    Al-Qur’an: 19:31.
    Al-Qur’an: 23:8; 70:32; 76:7.
    Al-Qur’an: 57:25; 60:8.
    Al-Qur’an: 24:37-38; 62:9.
    Al-Qur’an: 64:15.

 B. Bisnis yang Tidak Menguntungkan

Seluruh transaksi yang hanya mendatangkan keuntungan sedikit dan insidental, bahkan pada akhirnya membawa kerugian yang besar dan berdampak fatal dinilai Al-Qur’an sebagai bisnis yang sangat merugikan. Kerugian yang diakibatkan karena transaksi derivatif dengan melakukan barter antara kenikmatan surgawi yang abadi dengan kenikmatan duniawi yang fana. Mereka yang melakukan transaksi seperti ini sangat dicela oleh Al-Qur’an dan dianggap manusia paling merugi di dunia dan di akhirat.[37]

Transaksi yang hanya menguntungkan segelintir orang namun pada saat yang sama menghancurkan sendi-sendi perekonomian masyarakat, seperti riba, dianggap sebagai bisnis yang merugikan, walaupun menguntungkan bagi kalangan perbankan.[38]

Bisnis yang tidak menguntungkan menurut Al-Qur’an disebabkan karena tiga hal:

    Investasi yang tidak prospektif.
    Keputusan yang tidak tepat dan tidak logis.
    Perilaku yang tidak terpuji.

1. Investasi yang tidak prospektif

Menurut Al-Qur’an, diantara investasi yang dapat mengakibatkan pelakunya mengalami kerugian, bahkan kehilangan modalnya sehingga terancam bangkrut total, adalah: menukar akhirat dengan dunia; [39] menjual ayat-ayat Allah dengan harga murah demi mendapat keuntungan dunia yang kecil; [40] menjual ideologi dan idealisme demi pragmatisme dan hedonisme tanpa peduli lagi dengan pahala akhirat; [41] terobsesi dan mengabdi pada dunia sehingga lalai dalam pengabdian pada Allah; [42]  dan puncaknya adalah mengorbankan modalnya yang paling berharga yaitu kehidupan itu sendiri, untuk sesuatu yang sia-sia.[43]

2. Keputusan yang tidak tepat dan tidak logis

Tidak ada suatu kenaifan dalam kehidupan ini yang lebih besar dari sebuah keputusan yang diambil dengan cara-cara yang tidak tepat, tidak logis dan tidak rasional. Al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa keputusan yang tidak tepat dan tidak logis dalam hidup ini akan mengakibatkan kerugian besar dan penyesalan panjang.

Diantara contoh pengambilan keputusan yang tidak tepat adalah: lebih mementingkan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat; [44] bergelimang dengan hal-hal yang khabits (kotor) karena ingin cepat kaya; [45] menggadaikan iman demi harta dan kekuasaan; [46] terobsesi kemegahan dunia dan menyepelekan nilai-nilai kebenaran dan hidayah; [47]  mencari pelindung selain Allah; [48] menjalankan bisnis yang menjauhkan dirinya dari jalan lurus yang telah ditunjukkan Allah; [49] lebih memprioritaskan bisnis entertainment daripada bisnis yang mengedukasi akal dan spiritual; [50]  dan terlalu disibukkan dengan harta dan jabatan daripada mengingat Allah dan Hari Akhir. [51]

3. Perilaku yang tidak terpuji

Perilaku apapun yang Allah larang akan menjerumuskan pelakunya dalam kerugian yang nyata. Al-Qur’an menyebutkan perilaku-perilaku yang tak terpuji itu bersamaan dengan konsekuensinya yang akan merugikan dirinya di dunia maupun diakhirat. Perilaku yang tidak terpuji menurut Al-Qur’an diantaranya: tidak mengimani dan menolak petunjuk Allah dalam Al-Qur’an; [52] menyembunyikan ayat-ayat Allah atau menjualnya dengan harga murah; menyakiti perasaan orang lain dengan menyebut-nyebut sedekah atau kebaikannya kepada orang tersebut; [53] kikir dan merasa diri kaya raya; [54] membelanjakan harta tidak sesuai dengan tuntunan Allah; [55] menjadi pengkhianat; [56] terlibat dalam perjudian dan minuman keras; [57] melakukan perbuatan keji dan tidak terhormat; [58]  mengkhianati amanah dan kepercayaan; [59] membangkang dan menolak perintah Allah; [60]  tidak menghargai nilai-nilai moral yang diajarkan Al-Qur’an dalam berhubungan dengan manusia; [61] merusak kesepakatan dan perjanjian; [62] tidak tahu berterima kasih; [63] melakukan perbuatan dosa; [64] melakukan kejahatan dan pelanggaran hukum; [65]  melakukan praktek prostitusi; [66] bersikap arogan dan sombong; [67] melakukan kebohongan publik dan sumpah palsu; [68] memanipulasi pembayaran zakat; [69]  dan berlaku curang dalam ukuran dan timbangan. [70]

Semua perilaku manusia selama di dunia, dimonitor, direkam dan dicatat secara tepat dan akurat oleh para Malaikat utusan Allah; dan akan diserahkan kepada yang bersangkutan di Hari Perhitungan kelak. [71]  Catatan tersebut kemudian diperiksa dan ditimbang mana yang lebih dominan antara perilakunya yang terpujinya atau perilakunya yang tidak terpuji. Buku catatan itu pulalah yang akan menjadi penentu apakah seseorang itu beruntung dan dimasukkan surganya yang abadi dan penuh kenikmatan; atau buntung dan dimasukkan ke neraka yang penuh dengan siksa yang menyengsarakan.

Wallahu a’lam bish-shawwab.

Refesensi:

37. Al-Qur’an: 2:86; 4:74.
38. Al-Qur’an: 2:276; 30:39.
39. Al-Qur’an: 2:86; 4:74.
40. Al-Qur’an: 2:79.
41. Al-Qur’an: 2:102; 2:175; 3:177; 111:1-2; 11:15-16; 17:18-19; 42:20.
42. Al-Qur’an: 39:16, 65.
43. Al-Qur’an: 103: 1-2. “Jika kehidupan ini diibaratkan transaksi bisnis, maka manusia yang hanya mementingkan dunia tentu saja akan merugi. Tatkala ia menghitung hasilnya di “petang hari”, maka dia akan mendapatkan kenyataan bahwa ternyata ia rugi. Dia akan mendapat keuntungan apabila memiliki dan mempertahankan iman, melakukan amal shalih, memberikan kontribusi pada kesejahteraan masyarakat, mengajak dan mendorong orang lain berada di jalan yang lurus, dengan istiqamah.” (Yusuf Ali, op.cit., 1738, no.6263).
44. Al-Qur’an: 13:26; 31:33; 79: 37-39.
45. Al-Qur’an: 5:100.
46. Al-Qur’an: 22:11; 28:78; 30:9.
47. Al-Qur’an: 28:79.
48. Al-Qur’an: 29:41.
49. Al-Qur’an: 31:6.
50. Al-Qur’an: 62:11.
51. Al-Qur’an: 63:9; 92:8; 102: 1-2.
52. Al-Qur’an: 2:121.
53. Al-Qur’an: 2:174.
54. Al-Qur’an: 2:264; 4:38.
55. Al-Qur’an: 3:116-117.
56. Al-Qur’an: 4:107.
57. Al-Qur’an: 5:91.
58. Al-Qur’an: 7:33.
59. Al-Qur’an: 8:27. Apa yang dimaksud dengan amanah dalam ayat itu bisa berbentuk hal-hal berikut: (1) kekayaan, barang-barang, utang, dll; (2) rencana, kepercayaan, rahasia; (3) ilmu, kecakapan, kesempatan, dll yang diharapkan dipergunakan oleh kita untuk kepentingan orang lain. Manusia mungkin saja mengkhianati amanah Allah dan Rasul-Nya dengan cara menyalahgunakan kekayaan, atau menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan padanya, atau juga menyalahgunakan ilmu dan kecakapan yang Allah berikan pada mereka. (Yusuf Ali, op.cit., 421, no.1200).
60. Al-Qur’an: 9:24; 17:15; 20:124.
61. Al-Qur’an: 11:87.
62. Al-Qur’an: 13:25; 31:32.
63. Al-Qur’an: 14:7; 17:27; 31:12,32.
64. Al-Qur’an: 7:33; 17:7; 30:41; 41:46; 45:15.
65. Al-Qur’an: 19:32; 79:37-39; 96:6-7.
66. Al-Qur’an: 24:33.
67. Al-Qur’an: 28:78.
68. Al-Qur’an: 58:16; 63:2.
69. Al-Qur’an: 68: 17-26.
70. Al-Qur’an: 83: 1-4.
71. Al-Qur’an: 9:212; 10:61; 11:6; 17:13-14; 34:3; 43:80; 45:29; 50:18,23; 54: 52-53; 58:6; 78L:29; 82: 10.

ref: islamic

Konsep Islam Menghadapi Ekonomi Global

SADD AL-DZARIAH: Konsep Islam Menghadapi Ekonomi Global

Ekonomi global semakin kuat masuk ke dalam sistem ekonomi Indonesia seiring dengan dibukanya perdagangan bebas yang akan membolehkan masuknya komoditi internasional, khususnya dari negara-negara maju. Formulanya yang sudah disepakati antara lain dalam skema-skema WTO, SEATO, dan lain-lain. Baru-baru ini yang paling hangat adalah keskatakan dagang China-Asia, ACFTA (Asian-China Free Trade Aggreement). Banyak pihak yang memprotes Indonesia mengikuti ACFTA ini, karena  diyakini akan merusak ekonomi Indonesia, terutama bagi pengusaha ekonomi lemah. Bahkan dikhawatirkan pengusaha besar pun akan terkena imbas dengan kebijakan ini. Mereka bisa berubah hanya menjadi “pedagang”, tidak lagi menjadi produsen karena kalah bersaing dengan produk-produk China. Sudah banyak keluhan dari pengusaha, bahkan dikuatkan dengan berbagai “demo buruh” yang selama ini merasa terzalimi karena pemegang kendali “kekuasaan dan keputusan” begitu saja menerima ACFTA “secara bebas”, tanpa ada persetujuan melalui DPR.

Indonesia dengan SDA (sumber daya alam) yang tersedia dan berlimpah belum mampu untuk bertanding dalam aspek apapun termasuk bidang ekonomi. Dengan penduduk yang besar, sekitar 225. 000.000 ternyata tidak mampu bersaing dengan hanya negara Oman yang berpenduduk hanya puluhan juta jiwa. Sekedar main bola saja selalu kalah sampai-sampai penonton harus ikut masuk lapangan untuk membantu pemain memasukkan bola ke gawang musuh, walaupun hanya menumpahkan kekesalan belaka. Salah satu sebabnya adalah kungkungan ekonomi liberal dan neo-liberalnya yang kian kemari kian terasa semakin melemahkan posisi ekonomi umat.

Kerusakan ekonomi pasti akan terus berlangusng sepanjang ekonomi kita tidak berpijak pada landansan yang benar berdasarkan Al-Quran dan Sunnah. Saat ajaran Al-Quarn dan Sunnah ditinggalkan, saat itulah umat Islam akan terpingirkan. Amir Syakib Arsalan telah mengemukakan analaisis ini dengan sangat baik masalah dalam bukunya, Limâdza Ta’akhara Al-Muslimûna wa Taqaddama Gahiruhum?

Adalah kenisyaan kualitas umat dimajukan dan ditingkatkan agar dapat menjadi bagian penting menuju kejayaan Islam. Untuk itu, tanggungjawab intelektual dan moral ulama dalam menghadapi perdagangan bebas ini dipertaruhakan. Oleh sebab itu, fatwa agama  dalam partisipasinya bela agama dan umat yang mayoritas Muslim amat penting. Fatwa agama ini amat penting karena bila kembali merujuk pada Al-Quran, Sunnah Rasul saw, dan kaidah-kaidah ushuliyah dan fiqhiyah yang menjadi teori-teori untuk digunakan ulama dalam menganalisis sumber hukum ternyata dapat menjawab persoalan zaman, termasuk masalah perdagangan bebas ini. Lalu bagimana fikih Islam mampu menjawab tantangan ini?

Dalam kepustakaan fikih Islam ada ang disebut Saddu Al-Dzarî’ah. Sadd artinya menutup dan dzarî’ah artinya jalan; atau arti lengkapnya adalah menutup jalan.  Dzari’ah dapat terjadi melampaui perbuatan atau perkataan, yaitu jalan yang menyampaikan sesuatu kepada yang lainnya. Suatu tangga yang digunakan untuk naik ke atap, misalnya dapat digunakan sebagai dzariah atau jalan. Ali Hasballah (Ushulut Tasyri al-Islami, 1971: 319), menyampaikan definisi Sadd-dzariaha ialah “Man’u ma yajuzu min dzalik idza kana muwashshalan ila ma la yajûz”, melarang sesuatu yang boleh bila menyampaikan kepada yang tidak boleh. Sementara Wahbah Az-Zuhaili mentakan, “Huwa ma yatawashshalu ilas syai al-mamnu’, al-musytamilu ila mafsadatin,” apa yang menyampaikan sesuatu pada yang dilarang dan merusak. Ibn al-Qayyin, lebih sksplisit, sebagaimana dikuitp oleh Wahbah ialah, “Al-Maqshud minas-syai’ laisa minal umum wa innama yufhamu min qarinatil-kalam at-tahadduts minad dzari’ah fi ahkamis-syari’ati min tha’athin aw ma’shiyatin”. (Az-Zuhaili, Ushul Fiqh, II, 1986: 87).

Kaidah ini secara umum memberikan pengertian bahwa dalam kerangka fikih Islam yang boleh dilakukan oleh umat Islam bukan hanya persoalan haram atau tidak, namun juga harus dipertimbangkan sejauh mana implikasinya bagi bangsa dan umat Islam khususnya. Prinsip ini misalnya dapat ditemukan dalilnya seperti dalam Al-Quran, seperti tercantum pada Al-An’am (6: 108) dan hadis yang menunjukkan tentang saddud dzari’ah. Hadis-hadis dimaksud antara lain: larangam talaqquyur rukban (perkengkulakan), larangan mengembala di sekitar perbatasan, larangan ihtikar (meinimbun), dan lain-lain. Selain itu, ada atsra Umar bin al-Khattab yang saat menjadi khalifah pernah melarang dan akan meengusir seorang pedangan di Madinah karena ia menjual dengan harga lebih murah dibandingkan harga umum di pasar (dengan cara obral). Beliau menganggap cara-cara seperti itu merugikan kepentinganm umum. Di samping itu, ada perintah implisit bahwa umat Islam justru harus lebih dekat dengan sesama Muslim dibandingkan dengan orang lain seperti dalam perintah perlunya membangun ukhuwah (Al-Hujurat/49:10), perintah ta’awun (Al-Ma’idah/5: 2), tidak mengandalkan orang lain atau membangun kemandirian (Hud/11: 113).Dalil-dalil itu dapat digunakan untuk menetapkan ketentuan bahwa suatu yang boleh pun, apalagi yang dekat kepada haram dan atau membawa kerugian,  tidak boleh dilakukan bila merugikan atau tidak memberikan keuntungan kepada umat. Inilah prinsip Sadd Al-Dzari’ah.

Implemantasi Saddu Al-Dzariah dalam keseharian kita ialah bahwa bila seseorang akan membeli barang, baik yang besifat konsumtif atau produktif, maka harus mengutamakan produk lokal, nasional, dan dalam negeri. Sebab, cara inilah yang akan lebih menguntungkan bagi perkembangan ekonomi bangsa sehingga ketahanan ekonomi dalam negeri dapat lebih kuat.

Dalam sebuah harian diberitakan (Kompas-14 Agustus 2009) bahwa Indonesia membayar bahan makanan impor sebesar hampir 5 milyar Dolar per tahun atau kuarng lebih 50 trilyun Rupiah; suatu jumlah yang tidak sedikit. Untuk kebutuhan garam saja kita masih impor sebesar 900 M pertahun. Pabrik tekstil di Indonesia dan garmen banyak sudah tutup, padahal para pekerjanya adalah umat Islam juga. Dahulu kita meminjam modal yang digunakan untuk membangun pbarik di sini sehingga terbuka lapangan pekerjaan. Sekarang malah dikirim barangnya sehingga para pekerja di-PHK.

Inilah contoh kasus yang dilihat dari aspek Sadd Al-Dazariah tidak menguntunghkan umat Islam. Memang belanja barang-barang impor tidak haram. Namun, pertaanyaannya ialah siapa yang akan kita tolong dengan belanja yang kita lakukan? Apakah orang China daratan sana, atau orang Cimis, Tasik, Majalaya, Bekasi, Berastagi, Sambas, Garut atau Majalengka, Yogya, Surabaya, Medan, dll yang merupakan saudara-saudara kita? Hatilah-hatilah berbelanja belilah produk lokal, demi membela ekonomi bangsa dan umat ini. Wallahu A’lam bishshawab.

ref:Prof. Dr. M. Abdurrahman, MA

Makanan Yang Penuh Dengan Hikmah

Makanan penuh hikmah, banyak disebut dalam Al Quran
Inilah kehebatan buah kurma, buah yang seringkali disebut dalam-ayat-ayat Al-Qur'an. Mengapa ?
Allah mempunyai maksud tertentu dengan menyeru kita untuk memperhatikan kurma. Dengan meneliti isi kandungan buah ini akan membuat kita lebih paham tentang maksud Ilahi itu. Kurma, dengan kandungan 50% gula, sungguh sangat bergizi karena daging buahnya terdiri atas fruktosa dan glukosa yang keduanya berkalori tinggi, dan mudah serta cepat dicerna.30 Kandungan gulanya menenangkan saraf yang gelisah serta memberikan rasa aman pada kejiwaan.

"Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanaman-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir." (ar-Ra'd [13]: 4)

Kurma, buah-buahan yang disebut dalam surah Maryam, pohonnya tumbuh di padang gersang bersuhu panas dan banyak manfaatnya. Allah mengindentifikasikan khasiat penyembuhan dari buah ini dengan menceritakan pada Maryam, yang sedang menghadapi persalinan, supaya makan daging buah kurma,

"Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: 'Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum, dan bersenang hatilah...." (Maryam [19]: 24-26)

Allah mempunyai maksud tertentu dengan menyeru kita untuk memperhatikan kurma. Dengan meneliti isi kandungan buah ini akan membuat kita lebih paham tentang maksud Ilahi itu. Kurma, dengan kandungan 50% gula, sungguh sangat bergizi karena daging buahnya terdiri atas fruktosa dan glukosa yang keduanya berkalori tinggi, dan mudah serta cepat dicerna.30 Kandungan gulanya menenangkan saraf yang gelisah serta memberikan rasa aman pada kejiwaan. Sudah pasti tiap persalinan selalu mengeluarkan banyak darah, yang dengan sendirinya jumlah gula darah yang tertumpah karenanya cukup banyak. Karena gula yang lenyap itu harus diganti, keterlibatan kurma, seperti pada persalinan Maryam, nyata benar manfaatnya sebagai tambahan. Kurma juga mengurangi tekanan darah. Meskipun daging sangat besar manfaatnya, tapi tidaklah sebanding dengan lebih besarnya manfaat kurma segar dalam segala hal. Mengonsumsi terlalu banyak daging, yang tak terbantahkan mengandung banyak protein, tidaklah mustahil pada saat yang sama dapat mengakibatkan keracunan. Jadi, makanan-makanan ringan seperti sayur-sayuran, buah-buahan, yang tentu saja mudah dicerna, hendaknya lebih menjadi pilihan.

Dalam cahaya ayat tadi, kita melihat kurma, khususnya, sungguh bermanfaat bagi wanita hamil dan ibu-ibu yang menyusui secara alami. Daging buah kurma meningkatkan kesehatan janin di dalam perut ibu, mencegah ibu dari rasa lemah, dan memperbanyak air susu bergizi tinggi. 31

Di saat yang sama, kurma segar memberikan manfaat besar kepada otak. Kurma, dengan kandungan 2.2% protein, juga berisi banyak jenis vitamin A, B1, dan B2. Protein-protein ini melindungi tubuh dari serangan penyakit dan infeksi, menunjang sel-sel tubuh memperbaharui diri, dan menyeimbangkan cairan-cairan tubuh. Vitamin A meningkatkan kemampuan pandangan mata dan kekuatan badan, juga kekuatan tulang dan gigi. Vitamin B1 memfasilitasi jaringan saraf berfungsi sehat sempurna, menunjang tubuh mengubah karbohidrat menjadi energi, mengatur selera makan dan pencernaan, serta memberdayakan metabolisme berasal dari protein dan lemak. Vitamin B2 memfasilitasi pembakaran protein-protein yang disebutkan tadi, karbohidrat, dan lemak yang diperlukan untuk penyedian energ dan pembaharuan sel.

Di samping semua ini, kurma juga mengandung banyak mineral yang esensial bagi tubuh (seperti potassium, sodium, kalsium, besi, mangan, dan tembaga). Bila potassium dan sodium bekerja bersamaan, mereka bertindak selaku pengatur ritme detak jantung. Dengan menfasillitasi pengalihan oksigen ke otak, potassium dapat memberdayakan pikiran jernih. Lebih jauh lagi, ia menyediakan kandungan alkali secukupnya pda cairan tubuh, merangsang ginjal mengeluarkan sampah-sampah racun metabolis, membantu menurunkan tekanan darah tinggi, dan menunjang pembentukan kulit sehat. 32

Menarik juga untuk dicatat, bahwa daging buah kurma secara khusus bermanfaat bagi mereka yang hidup dalam kawasan di mana kebun-kebun pepohonan ini tumbuh merata. Protein dan gula dari buah kurma merupakan sumber gizi yang paling utama bagi penduduk gurun pasir.

Sumber : harunyahya

10 Penghalang Dalam Menuntut Ilmu

Berbagai penghalang yang merintangi seorang penuntut imu dalam belajar dan berusaha secara terus-menerus untuk mendapatkan ilmu banyak sekali akan tetapi secara garis besar ada 10 penghalang yang banyak terjadi dikalangan penuntut ilmu. Mari simak dan renungkan pembahasan berikuit ini.

1. Keliru Niat

Niat adalah dasar dan rukun sebuah amal. Apabila niat itu salah dan rusak, maka amal yang dikerjakan akan ikut salah dan rusak, sebesar salah dan rusaknya niat.

Apabila niat itu tercampuri dengan tujuan kotor dalam segala bentuknya, seperti ingin tampil, ingin terkenal atau ingin menguasai majlis, maka hal ini dijamin akan menjadi penghalang bagi orang yang memiliki niat itu dalam mencari ilmu.

Sufyan ats-Tsauri yang terkenal dengan sifat wara’ dan kharismanya pernah berkata,”Tidak ada urusan yang lebih berat bagiku kecuali menjaga niatku.”[1]

Jika Imam ats-Tsauri berkata demikian, lalu bagaimana dengan kita. Karena itu hendaknya masing-masing dari kita mengikhlaskan niatnya dalam menuntut ilmu dan tidak menginginkan sesuatu kecuali wajah Allah.

2. Ingin Terkenal dan Ingin Tampil

Ini termasuk dalam pembahasan niat. Karena sangat pentingnya, permasalahan ini harus dibahas tersendiri. Ingin dikenal dan ingin tampil adalah penyakit kronis yang tidak seorang pun dapat selamat darinya kecuali orang yang dijaga oleh Allah Ta’ala.

Asy-Syathibi berkata,”Sesuatu yang paling terakhir hilang dari hati orang-oramg yang shalih adalah keinginan untuk berkuasa dan keinginan untuk tampil.”[2]

Apabila niat seorang penuntut ilmu ingin terkenal namanya, ingin selalu disebut-sebut dan ingin selalu dihormati dimana saja ia berada dan berjalan, dan tidak ada yang ia inginkan kecuali hal itu, maka ia telah menempatkan dirinya pada posisi berbahaya.

Sabda Nabi Shalallahu ‘alaihi wa salam :

“Sesungguhnya manusia yang pertama kali diadili pada Hari Kiamat adalah tiga orang … hingga sabda beliau…dan orang yang mempelajari ilmu, mengajarkannya dan membaca al-Qur’an.. Ia dihadapka n kepada Allah, Allah memberitahukan kepadanya akan nikmat-nikmatnya dan ia pun mengtahuinya. Allah bertanya kepadanya:”Apa yang kamu lakukan dengan nikmat-nikmat terebut?” Ia menjawab:”Saya mempelajari ilmu, mengjarkannya dan membaca al-Qur’an .” Allah berkata,”Kamu bohong, sesungguhnya kamu mempelajari ilmu agar kamu dikatakan sebagai seorang ulama, kamu mempelajari al-Qur’an agr kamu disebut sebagai pembaca al-Qur’an, itu semua telah dikatakan untukmu.” Kemudian Allah memerintahkan (untuk mengadzabnya), maka iapun ditarik wajahnya lalu dilempar ke dalam neraka…”[3]

Sebagian ulama yang menulis tentang kebersihan hati dan akhlak menyebutkan bahwa seorang hamba yang berangan-angan dan gembira bila dihormati orang ketika masuk ke sebuah tempat, dan ia hanya berkeinginan untuk dikagumi dan dipuji oleh manusia saja, sesungguhnya ini adalah salah satu bentuk riya dan sum’ah yang amat besar.

3. Lalai Menghadiri majlis Ilmu

Para ulama berkata bahwa ilmu itu didatangi dan tidak mendatangi. Tapi kini, kita dapat mengatakan bahwa ilmu mendatangi kita dan tidak didatangi kecuali beberapa saja.

Majelis-majelis ilmu yang dibentuk dan pelajaran yang diajarkan, jika kita tidak manfaatkan, maka nanti kita akan menggigit jari sepenuh penyesalan. Seandainya kebaikan yang ada dalam majelis-majelis ilmu itu hanya berupa ketenangan yang diberikan kepada orang-orang yang menghadirinya dan rahmat Allah meliputi mereka saja, cukuplah semua itu sebagai pendorong untuk menghadirinya. Lalu bagaimanakah jika orang yang menghadirinya? Insya Allah mereka akan mendapatkan ilmu dan kebahagiaan akhirat.

4. Beralasan dengan Banyaknya Kesibukan

Alasan ini dijadikan oleh setan sebagai penghalang menuntut ilmu. Beberapa banyak saudara-saudara kita yang telah dinasihati dan didorong untuk mencari ilmu, tapi setan menggoda dan membujuk mereka.

Orang yang menyia-nyiakan kesempatan mencari ilmu, kesibukan yang dialaminya membuat dirinya tidak dapat menghadiri majelis ilmu. Ia menjadikannya sebagai bahan untuk mencari-cari alasan, sehingga absennya ia dari majelis ilmu mempnyai alasan jelas.

Kesibukan-kesibukan yang ada adalah penyebab utama yang menghalangi seorang penuntut ilmu untuk hadir di majelis ilmu dan banyak mendapatkan ilmu. Tapi bagi orang hatinya dibuka oleh Allah Ta’ala, ia akan mengatur waktunya dan menggunakan sebaik mungkin. Dengan begitu, ia akan mendapatkan banyak manfaat.

5. Menyia-nyiakan Kesempatan Belajar di Waktu Kecil

Seseorang akan merasa iri ketika melihat orang-orang yang lebih muda, lebih bersemangat darinya dan datang paling awal datan ke majelis ilmu. Ya, ia sangat iri kepada mereka. Ia menyesali masa-masa yang telah berlalu yang tidak ia gunakan untuk menuntut ilmu dan menghafal. Akibatnya, ketika ia telah tua, banyak kesibukan dan banyak orang yang bertamu ke rumahnya siang-malam, maka pikirannya pun bertumpuk. Pikiranya tak mampu lagi digunakan unuk belajar seperti ketika masih kecil, dimana belum banyak kesibukan. Karena itu, al-Hasan berkata,”Belajar hadits di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu.”[4]

Karena itu saudaraku, sebelum Anda disibukkan oleh orang lain, dililit berbagai kesibukan dan sebelum menyesal seperti yang dialami oleh kebanyakan orang, Anda harus memanfaatkan waktu muda untuk mencari ilmu. Ini bukan berarti seseorang boleh berputus asa apabila tidak memanfaatkan waktu mudanya untuk mencari ilmu. Tapi seluruh umur adalah kesempatan untuk mencari ilmu karena mencari ilmu adalah ibadah.

[1] Tadzkirah as-Sami’ wa al-Mutakallim, Ibnu Jama’ah, hal. 68

[2] Al-I’tisham,asy-Syathibi

[3] HR. Muslim

[4] Jami’ Bayan al-Ilmi wa Fadhlih, hal. 99

____________

6. Enggan Mencari Ilmu

Di antara penyebab enggan menuntut ilmu adalah dengan alasan bahwa ia sedang berkonsentrasi mengikuti informasi terkini dan mengetahui peristiwa yang sedang terjadi.

Tentang masalah ini manusia berbeda-beda dalam menyikapinya. Ada yang berlebihan-lebihan, ada yang menyepelekan dan ada yang menyikapinya denga arif. Sikap pertama dan yang kedua adalah sikap yang keliru.

Ilmu yang Anda cari mendorong Anda untuk mengetahui keadaan Anda. Anda tidak akan bisa mengatasi masalah atau musibah yang menimpa Anda kecuali dengan meletakkannya pada timbangan syari’at.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah termasuk orang yang paling tahu tentang keadaan yang terjadi. Beliau juga termasuk oramg yang paling tahu tentang permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Di zamannya, terjadi berbagia fitnah, musibah dan masalah. Tapi ia tetap mencari ilmu. Dengan ilmunya, ia dapat mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi di masyarakat, mendapat solusi dari al-Qur’an, Sunnah dan berbagai disiplin ilmu.

7. Menilai Baik Diri Sendiri

Yang dimaksud dengan menganggap diri sendiri baik di sini adalah merasa bangga apabila dipuji dan merasa senang ketika mendengar orang lain memujinya.

Memang, pujian manusia terhadap Anda merupakan kabar gembira yang Allah berikan kepada Anda dengan segera. Sebagaimana telah ditanyakan Abu Hurairah radhiaalahu’anhu kepada Rasulullah tentang sesaeorang yang melakukan suatu kebaikan dan orang-orang melihatnyasejhingga mereka memujinya. Nabi Shalallahu’alaihi wasalam bersabda :

تلك عاجل بشري المؤمن

“itu adalah kabar gembira bagi orang yang beriman yang Allah berikan dengan segera.” (HR.Muslim).

Tapi berhati-hatilah, jika Anda merasa gembira ketika dipuji denga sesuatu yang tak ada pada diri Anda. Sekali lagi berhati-hatilah agar hal ini tidak menimpa Anda. Ingatlah firman Allah Subhanahu wata’ala tentang celaan-Nya terhadap suatu kaum : “Dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan.” (Ali Imran : 188).

Boleh saja seseorang merasa dirinya bagus pada beberapa hal. Misalnya, perkataan Nabi Yusuf ‘Alaihi salam dalam surat Yusuf ayat 55. Tapi pada umumnya, merasa merasa diri bagus dan suka dipuji termasuk salah satu pintu masuknya setan kepda hamba-hamba Allah. Karena itu, berhati-hatilah, agar Anda tidak menjadi orang yang suka mendengar puji-pujian tersebut.

Pelajaran yang dapat dipetik di sini adalah hendaknya seseorang berhati-hati terhadap sikap merasa diri sendiri bagus. Hendaknya seseorang berhati-hati terhadap perbuatan mencantumkan gelar pada namanya dengan gelar yang tidak ia miliki. Sebab, barangsiapa yang tergesa-gesa untuk mendapatkan sesuatu sebelum waktunya maka ia tak akan mendapatkannya.

8.  Tidak Mengamalkan Ilmu

Tidak mengamalkan ilmu merupakan salah satu penyebab hilangnya keberkahan ilmu. Orang yang memilikinyaakan dimintai pertanggungjawaban atas ilmunya. Allah benar-benar telah mencela orang-orang yang berbuat seperti ini. Allah Subhanahu wata’ala :

تفعلونلاما الو أنتقو اللهعندمقتن كبر

“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa saja yang tidak kamu kerjakan.” (Ash Shaff : 3)

Tidak mengamalkan ilmu merupakan penyebab utama hilangnya keberkahan ilmu. Karena itu para ulama adalah orang yang paling bersemangat dalam mengamalkan ilmu yang telah mereka ketahui.

Ali bin Abi Thalib radhiaallahu’anhu berkata,”Ilmu itu dipanggil dengan mengmalkan. Bila dipanggil, ia akan menjawab dan jika tidak ia akan pergi.”[1]

Mengapa demikian? Karena ilmu dan amal adalah dua perkara yang saling berkaitan. Bisa jadi keduanya berkumpul atau bisa jadi keduanya berpisah. Apabila ada ilmu yang tidak diiringi dengan amal, maka orang yang memilikinya akan dimintai pertanggungjawabanatas ilmu tersebut.

Pembaca budiman! Ilmu yang Allah berikan kepada kita ini perlu untuk dizakati. Apabila zakat harta harta adalah 2 ½persen, maka ilmu adalah dengan mengamalkan dan mengajarkannya. Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab berkata,”Ingatlah wahai saudaraku! Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu! Sesungguhnya kewajiban setiap Muslim dan Muslimah adalah mempelajari empat perkara : Pertama, ilmu Kedua, mengamalkannya. Ketiga, mendakwahkannya. Keempat, sabar dalam menghadapi gangguan ketika mendakwahkannya.”[2]

9.  Putus Asa dan Rendah Diri

Wahai para penuntut ilmu! Kami, Anda, Ibnu Hajar al-Atsqalani dan para ulama yang lainnya, sama-sama disebutkan dala firman Allah Subhanahu wata’ala :

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apa pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An Nahl: 78).

Kita semua adalah orang yang telah disebutkan dalam ayat tersebut. Ayat ini menyatakan bahwa semua manusia itu sama. Baik itu para nabi dan rasul pilihan Allah serta sahabat yang telah lebih dahulu berlomba-lomba dala kebaikan. Ayat ini telah menyatukan kita semua. Karena itu, janganlah Anda meremehkan diri sendiri. Selain itu, janganlah Anda menganggap diri Anda baagus. Anda tahu bahwa Anda tidak berhak untuk itu. Janganlah Anda memakai gelar yang tak pantas bagimu.

Janganlah merasa rendah diri jika Anda lemah hafalan, lemah pemahaman, lambat dalam membaca atau cepat lupa. Semua ini akan hilang jika Anda meluruskan niat dan mencurahkan usaha.

Janganlah Anda mersa rendah diri, tapi bersungguh-sungguhlah. Semoga Allah merahmati al-Bukhari, ketika ditanya tentang obat lupa. Ia menjawab : “Senantiasa membaca kitab”.

Selanjutnya, meninggalkan maksiat adalah sebab paling utama dalam membantu kuatnya hafalan. Imam asy-Syafi’i mengungkapkan hal ini dengan bait syairnya yang indah :

Aku mengadu kepada Waki’ tentang jeleknya hafalanku

Lalu beliau membimbingku agar meninggalkan maksiat

Dan dia berkata, ketahuilah bahwa ilmu itu adalah cahaya

Dan cahaya Allah tidak diberikan kepada orang yang berbuat maksiat.[3]

10.  Terbiasa Menunda-nunda

Yusuf bin Abath berkata,” Muhammad bin Samurah as-Saih telah menulis surat kepadaku sebagai berikut: ‘Wahai saudaraku! Janganlah sifat menunda-nunda menguasai jiwamu dan tertanam dalam hatimu. Karena, sifat menunda-nunda itu membuat lesu dan menyebabkan kerusakan hati. Sikap menunda-nunda memendekkan umur kita dan ajal pun segera tiba. Sesungguhnya apabila Anda melakukan hal ini, maka Anda benar-benar telah mengurangi semangatmu, melemahkan cita-citamu dan menjadikan dirimu kembali kepada kebosanan yang telah pergi darimu. Ketika ia membuatmu bosan kembali, tubuhmu tidak akan berguna bagimu. Karena itu, wahai saudaraku! Bersegeralah Anda, sebelum didahului dan cepatlah sebelum terlambat. Bersungguh-sungguhlah, karena permasalahan yang Anda hadapi penuh denga keseriusan. Bangkitlah dari tidurmu dan sadarlah dari kelalaianmu! Ingatlah apa yang telah Anda kerjakan, Anda sepelekan, Anda sia-siakan, Anda hasilkan dan yang telah Anda lakukan. Sesungguhnya semuanya itu akan dicatat dan dihitung, sehingga seolah-olah Anda terkejut dengannya dan sadar dengan apa yang telah Anda lakukan, atau menyesali apa yang telah Anda sis-siakan.”[4]

Ini adalah nasihat yang sangat muliadan bermanfaat.

Menunda-nunda artinya, apabila seorang hamba berkeinginan untuk mengamalkan kewajiban setelah beberapa waktu dari umurnya. Orang ini tidak tahu bahwa ajal menjemputnya setiap saat. Sungguh indah ungkapan seorang penyair :

Jangan harap dapat melaksanakan pekerjaan hari ini di hari esok
                        Bisa jadi hari esok tiba, sedangkan engkau telah tiada. (Jayyad)

[1] HR. Ibnu Abdil Barr dalam al-Jami” II/11. Perkataan serupa juga diriwayatkanoleh Waki’, sebagaimana disebutkan dalam al-Jami’, II/1321
[2] Al-Ushul ats-Tsalatsa, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
[3] Keterangan: Sebagian ulama meragukan penisbatan bait syair ini kepada Imam asy-Syafi’i. Mereka beralasan bahwa asy-Syafi’I bukanlah murid Waki’. Tapi yang benar, Imam asy-Syafi’I meriwayatkan hadits dari Waki’, sebagaimana disebutkan dalam kitab ash-Shadaqat, dari kitab al-Umm. Bait itu terkenal berasal dari Imam asy-Syafi’i.
[4] Iqtidha’ Ilmi al-Amal, al-Khathib al-Baghdadi, hal 114

Manfaat Dari Daun Sirih

Tentu kita tahu tumbuhan SIRIH yang sangat bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Tumbuhan Sirih adalah tumbuhan yang berbentuk seperti hati dan memiliki garis di tengah daun dan daun sirih ini terkenal dengan khasiatnya yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, yaitu dari mimisan (keluar darah dari hidung) sampai dengan diare dan sakit gigi.

Mimisan
Ambil daun sirih satu lembar lalu gulung sambil di tekan agar keluar minyaknya dan selanjutnya gunakan untuk menyumbat hidung yang mengeluarkan darah atau mimisan.

Diare
Mengambil 4 – 6 lembar daun sirih, 6 biji lada, 1 sendok makan minyak kelapa.Menumbuk semua bahan bersama-sama sampai halus, Kemudian gosokkan pada bagian perut. Ulangi penggosokan pada bagian yang sakit sampai sembuh

Sakit gigi
Pengobatan: Mengkumur 1. daun sirih direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih lalu dinginkan air rebusan tersebut.Gunakan air rebusan untuk berkumur. Diulang secara teratur sampai sembuh.2. Ambil 2 lembar daun sirih yang telah diremas, garam secukupnya.Caranya, bahan tersebuh diseduh dengan air panas sebanyak 1 gelas, kemudian aduk sampai garam larut, biarkan sampai dingin. Air tersebut digunakan untuk berkumur.
AlergiPengobatan: luar, di oleskan pada bagian yang gatalBahan: 6 lembar daun sirih, 1 potong jahe kuning, 1,5 sendok minyak kayu putih.Caranya, semua bahan tersebut ditumbuk bersama-sama hingga halus, kemudian digosokkan pada bagian badan yang gatal-gatal.

Bronkhitis
Mengambil 7 lembar daun sirih dan 1 potong gula batu.Caranya, daun sirih dirajang halus, kemudian direbus bersama gula batu dengan air 2 gelas sampai mendidih hingga tinggal 1 gelas, lalu disaring. Air rebusan diminum 3 kali sehari, masing-masing 3 sendok makan.

Keputihan
Mengambil 7 – 10 lembar daun sirih.Caranya, daun sirih direbus dengan 2,5 liter air sampai mendidih. Saat masih hangat, air rebusan daun sirih tersebut dipakai untuk membasuh dan membersihkan seputar kemaluan secara berulang-ulang.dari berbagai sumber

Dengan banyak mangfaat daun sirih itu, tentu dapat membantu kita dalam menjaga kesehatan karena Obat yang Alami itu adalah obat yang sangat baik bagi tubuh kita.