Wednesday, March 5, 2014

Kehidupan Umat Islam di China

Kehidupan Umat Islam di China
Mengenal Ragam Suku Muslim di China." Bicara tentang Muslim di China, bayangan yang biasa mengemuka di benak masyarakat awam adalah bahwa penduduk China yang menganut agama Islam hanya berasal dari satu suku tertentu dan berada di suatu daerah atau provinsi tertentu pula, misalnya di Xinjiang.

Padahal jika menyimak sejarah dan letak geografisnya yang bertetangga dan berdekatan dengan negara-negara yang penduduknya menganut agama Islam, kita akan mengetahui bahwa China, sebagai sebuah negara yang memiliki peradaban kuno dan tradisi kebudayaan yang beragam, merupakan negara yang multi etnis dimana terdapat 56 suku, termasuk suku-suku yang penduduknya menganut agama Islam, yang tersebar di berbagai daerah. Mereka hidup berdampingan dan rukun sejak lama.

Islam sendiri masuk ke China sudah sejak abad pertama hijriah yang antara lain dibawa oleh utusan Kalifah Utsman Bin Affan pada tahun 678 M. Bukti bahwa Islam sudah berada di China sejak lama antara lain adalah adanya pemukiman Islam dan masjid pertama di Canton yang dibangun atas perintah Kaisar Yung Wei pada masa Dinasti Tang (618 M - 906 M).

Sejak itu, hubungan China dengan dunia Islam terus menguat dan erat. Sehingga bukan hal yang mengherankan jika dari 56 suku yang ada di China, banyak di antaranya adalah suku-suku yang penduduknya Muslim yaitu Hui, Uyghur, Kazakh, Tartar, Salar, Dongxiang, Tajik, Uzbek, Baoan, Mongol, Tibet, Dai dan Bai.

Dari segi populasi, dari sekitar 1,3 milyar penduduk RRC, diperkirakan 1-2 persennya adalah penganut agama Islam atau sekitar 22 juta jiwa. Mereka berasal dari berbagai suku yang tersebar di kawasan barat China di provinsi Xinjiang, Gansu dan Ningxia. Selain itu, ada pula kantong-kantong Muslim di Provinsi Yunnan dan Henan.

Dari beberapa suku Muslim di China tersebut di atas, yang terbesar adalah Muslim dari suku Hui dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa atau sekitar 48 persen dari keseluruhan umat Muslim di China. Suku Hui ini tinggal di Ningxia, Gansu, Shaanxi, dan provinsi Xinjiang. Dengan jumlah penduduk sebanyak 10 juta jiwa, Suku Hui termasuk satu dari lima suku mayoritas di China selain Han, Manchu, Mongol dan Tibet.

Suku Hui dapat dikenali dari penampilan dan penampakan mereka yang khas Muslim. Kaum prianya berkopiah putih serta sebagian berjenggot dan wanitanya kebanyakan berjilbab. Di kota-kota besar dapat dilihat kebanyakan dari mereka berjualan makanan atau membuka usaha warung dan restoran dengan ciri khas bertuliskan Arab di pintu depan warung/resto mereka. 

Suku Muslim terbesar kedua adalah Uyghur yang berasal dari Turki, Asia Tengah. Kebanyakan mereka tinggal di Daerah Otonomi Xinjiang Uyghur yang terletak di ujung Barat dan Barat Laut China. Sebelum masuk Islam, masyarakat Uyghur banyak memiliki kepercayaan Shamanism, Manicheam, Jing, Zoroastrianism dan Budha. Suku ini terkenal dengan kemampuannya mengolah emas, batu, sitera dan barang-barang kulit.

Selain di China, populasi suku ini juga tersebar di Kazakhstan, Kyrgystan dan Uzbekistan. Suku Uyghur bersama suku Hui menjadi suku utama pemeluk Islam di China, namun ada perbedaan budaya dan gaya hidup yang kentara di antaranya. Suku Uyghur lebih bernafaskan Sufi sedangkan suku Hui lebih pada mazhab Hanafi. Populasi suku ini diperkirakan berjumlah 45 persen dari sekitar 19 juta penduduk Xinjiang atau sekitar 8 juta jiwa.

Suku lain yang berasal Turki di Asia Tengah adalah Kazakh. Suku ini umumnya tidak lancar berbahasa Mandarin dan memiliki bahasa dan huruf sendiri yang didasarkan pada huruf Arab. Suku Kazakh tinggal di Ili Kazak Autonomous di Xinjiang. Mereka ini awalnya adalah masyarakat yang nomaden, namun sejak tahun 1949 mulai menetap. Kebanyakan usaha mereka adalah beternak, bertani dan berdagang. Populasi dari suku Kazakh di China diperkirakan sebanyak 1,5 juta jiwa.

Suku berikutnya adalah Dongxiang yang memiliki hubungan darah dengan masyarakat Mongolia. Kebanyakan masyarakat Dongxiang tinggal Linxia Hui Autonomous Prefecture dan daerah sekitar Provinsi Gansu, Daerah otonomi Xinjiang Uyghur, Provinsi Qinhai dan Daerah Otonomi Ningxia Hui. Sensus terbaru mencata bahwa jumlah penduduk etnis Dongxiang berjumlah sekiar 500-an ribu.

Suku Dongxiang termasuk suku minoritas yang namanya diambil dari tempat tinggal mereka, Dongxiang. Bahasa Dongxiang pada dasarnya mirip dengan Mongolia, khususnya cabang Mongolia dari keluarga bahasa Altai. Sebagian besar orang Dongxiang bisa berbicara Mandarin. Beberapa dari mereka dapat menggunakan huruf Arab untuk mengeja dan menulis kata-kata Dongxiang atau kata-kata resmi RRC. Profesi utama dari suku Dongxiang adalah petani, seperti menanam kentang, gandum, jagung, kacang-kacangan, dan tanaman industri lainnya.

Suku minoritas lainnya adalah Kyrgyz yang juga berasal dari Turki. Dalam sejarahnya, masyarakat Kyrgyz dikenal sebagai masyarakat yang berpindah-pindah. Terdapat sekitar 150 ribu orang. Mereka tinggal di Daerah otonomi Uyghur Xinjiang.

Ada juga suku Salar yang tinggal di Qinghai, Gansu dan Provinsi Xinjiang. Kebanyakan anggota masyarakat sukuSalar dapat berbicara bahasa Mandarin dan Tibet serta dapat menggunakan aksara China. Nenek moyang mereka adalah orang-orang Samarkand dari Uzbekistan. Seperti halnya anggota masyarakat Ningxia Hui, wanita-wanitanya gemar menggunakan kerudung hitam di kepala yang menutupi pakaian.

Masih di wilayah Xinjiang, terdapat suku Tajik yang merupakan keturunan orang-orang Islam dari Iran. Jumlah penduduknya diperkirakan sekitar 40 ribu jiwa dan hidup semi nomaden.

Berikutnya ada suku minoritas Uzbek dengan jumlah penduduknya sekitar 14 ribu jiwa yang tinggal di kota Yining, Xinjiang; suku Bonan dan Tartar di Provinsi Gansi dan Qinhai ataupun kota Urumqi di Xinjiang; dan suku Tibet yang merupakan keturunan dari pria Kashmir, Persia, Arab dan Turki yang menikah dengan wanita Tibet dan tinggal di Lhasa dan Shigatse.

Demikian sekilas cerita tentang ragam suku-suku penganut agama Islam di China. Sebagian tinggal di Daerah Otonomi Xinjiang Uyghur di wilayah barat dan sebagian lainnya tersebar di berbagai daerah dan provinsi seperti di Ningxia, Gansu, Qinhai dan Yunnan di selatan.

Ada di antara mereka yang termasuk suku mayoritas dalam jumlah penduduk seperti suku Hui, tetapi sebagian besar adalah suku-suku minoritas dengan jumlah penduduk yang tidak terlalu besar. Namun meski termasuk suku minoritas, terdapat beberapa jaminan yang hanya bisa dinikmati oleh mereka seperti pemberian status daerah otonom, kebijakan kependudukan yang berbeda dengan suku mayoritas dan sebagainya.

ref:Salam Ramadan

No comments:

Post a Comment