Wednesday, February 26, 2014

Video, Muallaf Wanita-Wanita Inggris

 Muallaf Wanita-Wanita Inggris

Video, Muallaf Amerika Angela Collins

Video, Gadis Jerman Mendapatkan Hidayah

http://dakwahsyariah.blogspot.com/2014/02/video-gadis-jerman-mendapatkan-hidayah.html

Video, Wanita Spanyol Masuk Islam

http://dakwahsyariah.blogspot.com/2014/02/video-wanita-spanyol-masuk-islam.html

Video, Gadis Rusia Mendapatkan Hidayah

Gadis Rusia Mendapatkan Hidayah

Video, Muallaf Wanita Jepang Masuk Islam

Video, Muallaf Wanita Jepang Masuk Islam

Video Wawancara Kisah Muallaf Australia

Video Wawancara Kisah Muallaf Australia

Tuesday, February 25, 2014

Video, Masyarakat Papua Bersyahadat

Video, Masyarakat Papua Bersyahadat

Wednesday, February 19, 2014

Agar Hati Selalu Tenang: Ingat Allah!

Agar Hati Selalu Tenang: Ingat Allah!

Islam memberikan bimbingan kepada umatnya untuk mendapatkan ketentraman batin. Agar Hati Selalu Tenang: Ingat Allah!

Dikisahkan, seorang Salafushalih (generasi Islam terdahulu) yang tinggal sendirian di tengah padang pasir ditanya, ”Apakah engkau tidak merasa terancam?” Ia menjawab, “Apakah ada orang yang merasa terancam dan khawatir (jika ia) bersama Allah?”.

Ada makna mendalam yang terkandung dalam jawaban tersebut. Seseorang yang senantiasa "bersama Allah", yakni berdzikir, ibadah, atau beramal saleh, akan senantiasa memperoleh ketenangan hati.

Dengan mengingat kekuasaan, kehendak, dan kasih-sayang-Nya, seseorang akan selalu yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja dan yakin pula Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu memberikan yang terbaik buat hamba-hamba-Nya yang patuh.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, ”Ingatlah, dengan berdzikir kepada Allah hati akan tenang” (Q.S. 13:28).

Orang yang senantiasa berdzikir (mengingat Allah) hatinya akan tenang. Hidupnya tidak akan pernah merasa terancam dan khawatir. Kecemasan akan menjauhi orang yang selalu berdzikir karena merasakan Allah Subhanahu wa Ta'ala selalu dekat dengan-Nya.

Dzikrullah akan membawa ketenangan batin karena ingat kepada Allah berarti ingat akan kekuasaan-Nya. Masalah seberat dan sebesar apa pun, sangat kecil dalam pandangan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Penyakit stes tidak mungkin menimpa orang yang suka mengingat Allah (dzikrullah). Wallahu a'lam.*

Ref : Inilah Risalah Islam

Keutamaan Mengucapkan Subhanallah


Keutamaan Mengucapkan Subhanallah

Subhanallah (diucapkan: subhanawlooh) artinya Mahasuci Allah. Ini kalimat tasbih, yaitu menyucikan atau menegaskan kesucian Allah Subhanahu wa Ta'ala. Kata Subhanallah diucapkan seorang Muslim, khususnya saat mendengar atau melihat hal buruk, sehingga maknanya menjadi "Mahasuci Allah dari keburukan demikian".

Secara umum, Islam menegaskan, dzikir Subhanallah dilakukan oleh seluruh makhluk-Nya.

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka..." (QS. Al-Isra:44).

Makna Tasbih Subhanallah
Tasbih, yakni kalimat/ucapan “Subhanallah” (Mahasuci Allah), termasuk kalimah thayibah yang sangat disukai Allah Subhanahu wa Ta'ala. Seorang Muslim yang mengucapkannya berarti mengakui ke-Mahasuci-an Allah sekaligus refleksi keimanan.

Tasbih juga merupakan ungkapan kekaguman kepada keindahan, keunikan, ataupun kebaikan ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Maka, ucapkan “Subhanallah” saat kita mengagumi ciptaan-Nya!

Makna tasbih adalah penyucian Allah dari semua sifat yang tidak layak disandarkan kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an terdapat 8 surat yang dibuka dengan tasbih. Kata “subhan” (Mahasuci) disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 25 kali untuk menetapkan sifat terpuji bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala atau menafikan Allah dari sifat tercela.

Keutamaan Tasbih: Mengucapkan Subhanallah
Bacaan tasbih dapat mengundang ampunan Allah Subhanahu wa Ta'ala, menghapus keburukan, dan memenuhi timbangan amal kebajikan.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan tiap hari?” Salah seorang di antara yg duduk bertanya: “Bagaimana di antara kita bisa memperoleh seribu kebaikan ?” Rasul bersabda: “Hendaklah dia membaca 100 tasbih ,maka ditulis seribu kebaikan baginya atau seribu kejelekannya dihapus” (HR Muslim).

“Barangsiapa membaca: Subhaanallaahi ‘azhiim wabihamdih maka ditanam untuknya sebatang pohon kurma di Surga.” (HR. Tirmidzi dan Al-Hakim).

"Barangsiapa mengucapkan, ‘Subhaanallaahi wa bihamdih' (Mahasuci Allah dan segala puji bagi-Nya),' seratus kali dalam satu hari, di ampunilah dosa-dosanya, walaupun dosa dosanya itu sebanyak buih di lautan." (HR Al-Bukhari).

“(Ucapan) Alhamdulillah memenuhi Mizan (timbangan amal kebaikan), dan Subhanallah serta Alhamdulillah keduanya memenuhi apa yang ada diantara langit dan bumi.” (HR. Muslim).

“Ucapan yang paling Allah sukai itu adalah empat: Subhanallah, Alhamdulillah, Laa Ilaaha Illa Allah, Allahu Akbar. Tidak ada bahaya dari mana pun kamu mulai (HR. Muslim).

Tasbih juga bagian dari dzikir atau mengingat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Hanya dengan mengingat Allah jiwa kita menjadi jernih dan pikiran kita akan menjadi bersih.

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d : 28). Wallah a’lam bish-shawab.*

Ref : Inilah Risalah Islam

Mereka yang Dijamin Masuk Surga

Mereka yang dijamin masuk surga memiliki karakter yang sama: berlomba-lomba dalam kebaikan atau beramal saleh. Berlomba-lomba meraih cinta Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Suatu hari setelah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam selesai shalat Subuh, beliau menghadap ke arah sahabatnya dan bertanya: “Siapa di antara kalian yang berpuasa hari ini?” Umar bin Khattab menjawab: “Wahai Rasulullah, saya tidak berniat puasa tadi malam, maka pagi ini saya berbuka.”Abu Bakar berkata: “Tapi sempat berniat puasa tadi malam, sehingga pagi ini saya puasa.”

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya lag: “Apakah ada di antara kalian yang hari ini telah menjenguk orang sakit?” Umar menjawab: “Wahai Rasulullah, kami belum keluar, bagaimana kami menjenguk orang sakit?” Abu Bakar berkata: “Aku mendapat kabar bahwa saudaraku Abdurrahman bin Auf sakit, maka saya sempat mampir ke rumahnya untuk mengetahui keadaannya pagi ini.”

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kembali bertanya: “Siapa di antara kalian yang telah memberi makan fakir miskin?” Umar menjawab: “Kami baru saja shalat wahai Rasulullah dan belum pergi kemana-mana.” Abu Bakar berkata: “Saat saya hendak masuk masjid, ada pengemis yang sedang meminta-minta. Kebetulan ada sepotong roti di tangan Abdurrahman (Putra Abu Bakar), maka saya ambil dan saya serahkan pada pengemis tadi.” Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallamberkata: “Bergembiralah engkau (Abu Bakar) dengn jaminan surga.

Dialog ringan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan para sahabat di atas menggambarkan, para sahabat biasa berlomba-lomba dalam kebaikan. Ingin selalu menjadi yang terbaik dan pertama kali. Mereka tidak ingin hari-hari mereka diisi tanpa prestasi amal shalih. Lihat saja Abu Bakar dan Umar. Mereka saling berebut dalam kebajikan. Selalu ada ide dan selalu ingin paling awal. Itulah potret kehidupan para sahabat Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Karenanya, wajar bila Rasulullah memberi kabar gembira kepada Abu Bakar dengan jaminan surga. Tak banyak yang mendapat jaminan itu. Setidaknya, selain Abu Bakar, ada sembilan lagi sahabat yang dijamin surga. Mereka adalah Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Ubaidah bin Jarrah,  Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Sa’id bin Zaid, dan Sa’ad bin Abi Waqqash.

Kesepuluh sahabat tersebut tentunya bukan sembarang orang. Mereka memiliki kemuliaan yang lebih dari yang lain. Perjuangan dan pembelaan mereka terhadap Islam tidak diragukan lagi. Harta bahkan jiwa dan raga mereka disumbangkan seluruhnya demi tegaknya Islam di bumi ini.

Abu Bakar, Umar bin Al Khathtab dan sahabat lainnya adalah sosok generasi terbaik di masa awal Islam. Ketika mereka ikut Nabi hijrah dari Mekkah ke Madinah (Yastrib), mereka adalah kalangan Muhajirin terbaik. Saat Perang Badar, mereka juga tentara terbaik. Mereka mempertaruhkan nyawa demi kejayaan Islam.

Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib adalah khalifah atau menjadi pemipin kaum Muslim (Khulafaur Rasyidin) pascafawatnya Rasulullah Saw. Yang lainnya menjadi pemuka Ahlu Al-Hall wal ‘Aqd, menteri kepercayaan khalifah, panglima perang,  pelopor kemuliaan, dan pemimpim pembebasan wilayah.

Dari kesepuluh sahabat tersebut, ada hal menarik dari salah satu mereka, dialah Abu Bakar. Ia mendapat gelar Ash-Shiddiq (orang yang selalu membenarkan). Gelar ini disematkan kepada lelaki berwajah tampan dan putih ini lantaran membenarkan setiap kali ucapan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.

Julukan itu semakin melekat kepadanya sesaat setelah Rasulullah melakukan Isra Mi’raj. Kala itu, ia didatangi kelompok musyrik dan ditanya: “Apa pendapatmu tentang cerita teman-temanmu itu? Ia mengaku telah diperjalankan tadi malam ke Baitul Maqdis!”.

Abu Bakar balik bertanya: “Dia mengatakan itu?” Mereka serempak mengiyakan. Abu Bakar berkata: “Kalau begitu, dia benar! Seandainya ia mengatakan lebih dari itu, tentang kabar dari langit, saya pasti akan membenarkannya, baik yang telah lalu maupun yang akan datang. Tidak hanya itu, Abu Bakar juga berkata, “Jika Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata, maka ia (berkata) benar”. (Sumber: 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, Abdus Sattar As-Syaikh. Penerbit: Darus Sunnah Press).*

Ref : Inilah Risalah Islam

Wahai Saudaraku Jadilah Pembuka Kebaikan

Jadilah Pembuka Kebaikan
Menjadi pembuka kebaikan bagi orang lain merupakan salah satu pintu kebahagiaan dunia dan akhirat. Kita menjadi wasilah, perantara, ataupun pembuka jalan bagi orang lain untuk melakukan kebaikan. Tentu saja, setelah kita sendiri melaksanakannya semaksimal mungkin.

Sahabat Anas bin Malik r.a. ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Sesungguhnya di antara manusai ada yang menjadi kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup keburukan. Dan di antara manusia ada pula yang menjadi kunci-kunci pembuka keburukan dan penutup kebaikan. Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan kunci-kunci kebaikan di tangannya dan celakalah bagi orang-orang yang Allah jadikan kunci-kunci keburukan di tangannya”. (HR. Ibnu Majah).

Pembuka kebaikan yaitu memberi inspirasi, nasihat, wawasan, ilmu, dan teladan bagi orang lain dalam melakukan amal kebaikan. Termasuk pembuka kebaikan adalah dakwah dalam segala bentuknya, juga menginfakkan harta untuk proyek atau kegiatan kebaikan, seperti sumbangan bagi korban bencana atau bagi kaum dhuafa (kaum lemah dan tertindas).

“Orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan sama pahalanya seperti orang yang melakukannya.” (HR. Bukhari).

Tentang menjadi penutup keburukan, Abu Sa’id Al Khudri r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu, maka hendaknya mengubah dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang atau dengan membencinya), sesungguhnya itulah selemah-lemah iman.’.” (HR. Muslim).

Ajaran Islam tentang menjadi pembuka kebaikan ini juga menunjukkan bahwa Islam mengajarkan umatnya tidak egois dan individualis. Setiap Muslim harus peduli pada kondisi sosial-keumatan. Muslim tidak boleh membiarkan adanya kezhaliman dan kebatilan. Ia harus menutup semua pintu keburukan itu, semampunya. Muslim juga harus berusaha menjadi pembuka kebaikan, semampunya. Wallahu a’lam.

Ref : Inilah Risalah Islam

Monday, February 17, 2014

4 Kesedihan Yang Meningkatkan Derajat


Ada empat kesedihan yang meningkatkan derajat seorang mukmin. Sedih adalah merasa sangat pilu dalam hati; susah-hati. Kesedihan adalah perasaan sedih; duka-cita; kesusahan hati

Sa’id bin Musayyab r.a. bercerita, ketika menjabat Khalifah, Ali bin Abi Thalib r.a. suatu pagi bertemu dengan Salman Al-Faritsi r.a.

"Wahai ayahnya Abdullah, bagaimana kabarmu pagi ini?" tanya Ali.
"Wahai Amirul Mu'minin, memasuki pagi ini aku berada di antara empat
kesedihan," jawab Salman.

"Apa saja kesedihanmu itu?" tanya Ali.
"Pertama, aku sedih memikirkan keluarga yang menuntut roti kepadaku.
Kedua, sedih memikirkan perintah Allah kepadaku yang belum kulaksanakan. Ketiga, sedih memikirkan bujuk rayu syaitan yang licin terhadapku. Keempat, sedih memikirkan tuntutan malaikat terhadap ruhku," jawab Salman.

Ali pun berusaha menentramkan hati sahabatnya itu. "Wahai ayah Abdullah, bergembiralah keempat kesedihanmu itu justru meningkatkan derajatmu!".

Lalu Ali bercerita, suatu hari ia berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. "Wahai Ali, bagaimana kabarmu pagi ini?" tanya Rasul. "Ya Rasulullah, aku berada di antara empat kesedihan.

Pertama, dirumahku tidak Ada apa-apa kecuali air sehingga aku sedih memikirkan anak-anakku.

Kedua, aku sedih memikirkan kelemahanku dalam taat kepada Allah.

Ketiga, aku sedih memikirkan akibat-akibat perbuatanku.

Keempat, aku sedih memikirkan tindakan malaikat pencabut ruh terhadapku," jawab Ali.

Mendengar jawaban demikian, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

“Hai Ali, bergembiralah! Sesungguhnya sedih memikirkan keluarga merupakan tabir dari api neraka. Sedih memikirkan ketaatan kepada Allah adalah keselamatan dari siksa. Sedangkan sedih memikirkan akibat perbuatan itu merupakan jihad, sedangkan berjihad lebih utama dari pada ibadah 60 tahun. Sedih memikirkan tindakan malaikat pencabut nyawa adalah pelebur semua dosa". (HR. Muttafaq 'Alaih).

Itulah empat kesedihan yang meningkatkan derajat seorang mukmin. Tentunya, kesedihan tersebut menggerakkannya berbuat sesuatu, yaitu amal saleh dan meninggalkan keburukan. Wallahu a'lam bish-shawab.*

Ref : Inilah Risalah Islam